Sabtu, 24 Maret 2012

PERTENGKARAN SAINS VS AGAMA




U PERTENGKARAN SAINS VS AGAMA
Oleh : Misbahuddin


Teringat perkataan seorang guru di masa kecil “ kalo orang jepang dan orang indonesia di penjara, maka apa yang akan terjadi ketika mereka keluar penjara??, orang jepang dia akan keluar dengan membuat kapal-kapalan dari tanah yang disentuh dengan kreativitas, lalu orang indonesia keluar dengan membawa pulau yang terbuat dari air liurnya ketika tidur.....”. mungkin ini sebuah anekdot untuk menggambarkan sebuah motivasi yang dimilik orang indonesia amalatlah rendah. Motivasi untuk bergerak, berkreasi, dan mengekplorasi hal-hal yang baru. Padahal mayoritas orang indonesia adalah muslim. Dan jika kita melihat subtansi ajaran islam yang pertama diturunkan adalah “bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan”, maka seyogyanya spirit untuk mengekplorasi hal-hal yang baru dalam bidang apapun yang membawa kebaikan harus kita jaga dan pelihara sebagai “misi suci” kita sebagai khalifah fil ardi.

Semangat kreativitas untuk selalu “mengekpolrasi” hal-hal yang baru  selalu melekat pada esensi ajaran islam,  wahyu pertama yang diturunkan Allah adalah kaliamt     “ IQRA ”  alias bacalah,   membaca dalam arti yang sangat luas termasuk dalam  ranah pengetahuan alam yang dikenal dalam istialah kita “ayat kauniyyah”, dimana ilmu-ilmu tentang ayat-ayat kauniyyah atau dalam istilah sekarang disebut Sains, ternyata sains pada masa-masa setelah tragedi renaisance di barat telah mengalami pemerkosaan, didhalimi dengan mengambil kehormatannya yang sangat pundamental yaitu dihilangkannya unsur-unsur kesakralan (unsur-unsur kretivitas tuhan ) dalam penomena-penomena yang terjadi di alam. Maka ini sangat berpengaruh terhadap pola pikir manusia dalam hidup dan kehidupan menjadi materialistis, disisnilah pertengkaran sains dan agama dimulai.

Sains di  “ perkosa ” oleh tragedi renaisance

Setelah sekian lama Eropa hidup dalam masa kegelapan (The Dakc Age ), ternyata mereka bosan juga, dan sedikit-sedikit menggeliat dari tidur pulasnya, mereka melihat dunia sengguh menakjubkan, kemajuan peradaban  islam pada saat itu sungguh sangat pesat, tidak ada satupun bidang ilmu pengetahuan kecuali orang islam mendalaminya, baik melanjutkan pengetahuan ekperimen orang-orang sebelumnya, ataupun membuat teori-teori yang baru. sungguh pola kehidupan ini sangat jauh dari kehidupan  manusia eropa pada masa itu.

Perlahan-lahan tetapi pasti manusia eropa bergerilya melakukan gerakan  “Undergrown” (gerakan bawah tanah ) untuk mencapai  kemajuan perdaban yang begitu tinggi  yang sudah di capai di dunia islam.

Manusia eropa melihat cela untuk  “merampok” peradaban islam itu, mereka melihat umat islam sudah terjangkit virus cinta dunia dan takut mati, membudayannya paham taklid buta, meraja lelanya paham jabariyyah (determinisme /  keyakinan manusia wayang di dalm kehidupan). Dan Invansi tentara mongol ke bagdad pada tahun 1258 M, yang mengkibatkan islam porak poranda.

Setelah manusia eropa meyerap beradaban yang sudah islam capai, maka trejadilah revolusi besar di eropa yaitu tragedi renaisance (masa pencerahan). Bahasa ke’rennya Enlightment.

Renaisance adalah oknum yang bertanggung jawab atas pertengkaran sanis dengan  agama, dan pemerosaan sains selama dasawarsa ini.   Sains sekarang sudah terpola secara kultural dan struktural dengan paradigma barat untuk durhaka kepada agama, khusunya kepada ibu kandungnya yaitu islam.

Teori Darwin, Teori Freund, Teori Karl Marx, mereka adalah para pemerkosa Tuhan, ditangannya tuhan seolah-olah mati dan tidak ada harganya.  Tuhan disingkirkan dari ranah ke-alaman dan dari kehidupan manusia. Maka pemikiran meaterialisme ini  terakumulasi dalam otak para manusia dan timbulah dari sini pertentangan sengit antara sains dan agama, pengembangan sains tidak boleh disangkut pautkan dengan doktirin agama, sains baik dalam lingkup ke-alaman maupun kemanusiaan, harus objektif, bebas nilai (freevalue). Itulah virus sekularisasi yang akan berkembang kepada idiologi ateis.

Islam memelihara  “ keperawanan ” Sains

Sains di kembangkan oleh umat islam  karena landasan idiologis  “IQRA”, yang menimbulkan rasa kaguman kepada Alam.  Perintah iqra (bacalah) dengan membaca segala sesuatu yang besifat fenomena maupun nomenon (sesuatu dibalik penomena) dari alam (ayat kauniyyah) maupun dari ayat qur’aniyah.  Kedua komponen ini adalah satu kesatuan dalam mencapai puncak kebenaran (The Ultimate True), bagaikan dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan, jika di pisahkan maka uang itu tidak kan berarti lagi. Keduanya harus saling  menjelaskan (Reciprocal Enrichment). Keduanya pasti akan klop, jika tidak klop antara islam dan sains berarti ada yang salah.

Islam adalah pemelihara keperawanan sains, dalam artian sains tidak akan kehilangan suatu unsur yang sangat terhormat dan mulia, unsur penyebab utama dari segala sesuatu, yaitu unsur ketuhanan. “ bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan..!!!”, ayat suci inilah yang akan menjadi rujukan ilmuan muslim untuk mengintegrasikan penemuan sains dengan unsur ketuhanan, maka lahirlah sains yang menambah keimanan, sains yang tidak membuat kering jiwa, dan tentunya sains yang membuat kita sadar siapa diri kita?, siapa pencipta kita?, dari mana asal  dan kemana kita kan berpulang?.           -------- Wallahu A’lam Bishowwab------------

0 komentar:

Posting Komentar