U PERTENGKARAN SAINS VS AGAMA
Oleh : Misbahuddin
Teringat perkataan seorang guru di masa kecil “ kalo orang jepang dan orang indonesia di penjara, maka apa yang akan
terjadi ketika mereka keluar penjara??, orang jepang dia akan keluar dengan
membuat kapal-kapalan dari tanah yang disentuh dengan kreativitas, lalu orang
indonesia keluar dengan membawa pulau yang terbuat dari air liurnya ketika
tidur.....”. mungkin ini sebuah anekdot untuk menggambarkan sebuah
motivasi yang dimilik orang indonesia amalatlah rendah. Motivasi untuk
bergerak, berkreasi, dan mengekplorasi hal-hal yang baru. Padahal mayoritas
orang indonesia adalah muslim. Dan jika kita melihat subtansi ajaran islam yang
pertama diturunkan adalah “bacalah dengan
menyebut nama tuhanmu yang menciptakan”, maka seyogyanya spirit
untuk mengekplorasi hal-hal yang baru dalam bidang apapun yang membawa kebaikan
harus kita jaga dan pelihara sebagai “misi suci” kita sebagai khalifah
fil ardi.
Semangat kreativitas untuk selalu “mengekpolrasi” hal-hal yang baru selalu melekat pada esensi ajaran islam, wahyu pertama yang diturunkan Allah adalah
kaliamt “ IQRA ” alias bacalah, membaca dalam arti yang sangat luas termasuk
dalam ranah pengetahuan alam yang
dikenal dalam istialah kita “ayat kauniyyah”,
dimana ilmu-ilmu tentang ayat-ayat kauniyyah atau dalam istilah sekarang
disebut Sains, ternyata sains pada masa-masa setelah tragedi renaisance
di barat telah mengalami pemerkosaan, didhalimi dengan mengambil kehormatannya
yang sangat pundamental yaitu dihilangkannya unsur-unsur kesakralan
(unsur-unsur kretivitas tuhan ) dalam penomena-penomena yang terjadi di alam.
Maka ini sangat berpengaruh terhadap pola pikir manusia dalam hidup dan
kehidupan menjadi materialistis, disisnilah pertengkaran sains dan agama
dimulai.
Sains di “ perkosa ” oleh tragedi renaisance
Setelah sekian lama Eropa hidup dalam masa kegelapan (The Dakc Age ),
ternyata mereka bosan juga, dan sedikit-sedikit menggeliat dari tidur pulasnya,
mereka melihat dunia sengguh menakjubkan, kemajuan peradaban islam pada saat itu sungguh sangat pesat,
tidak ada satupun bidang ilmu pengetahuan kecuali orang islam mendalaminya,
baik melanjutkan pengetahuan ekperimen orang-orang sebelumnya, ataupun membuat
teori-teori yang baru. sungguh pola kehidupan ini sangat jauh dari
kehidupan manusia eropa pada masa itu.
Perlahan-lahan tetapi pasti manusia eropa bergerilya melakukan gerakan “Undergrown”
(gerakan bawah tanah ) untuk mencapai
kemajuan perdaban yang begitu tinggi
yang sudah di capai di dunia islam.
Manusia eropa melihat cela untuk
“merampok” peradaban islam itu, mereka melihat umat islam sudah
terjangkit virus cinta dunia dan takut mati, membudayannya paham taklid buta,
meraja lelanya paham jabariyyah (determinisme /
keyakinan manusia wayang di dalm kehidupan). Dan Invansi tentara mongol
ke bagdad pada tahun 1258 M, yang mengkibatkan islam porak poranda.
Setelah manusia eropa meyerap beradaban yang sudah islam capai, maka
trejadilah revolusi besar di eropa yaitu tragedi renaisance (masa pencerahan).
Bahasa ke’rennya Enlightment.
Renaisance adalah oknum yang bertanggung jawab atas pertengkaran sanis
dengan agama, dan pemerosaan sains selama
dasawarsa ini. Sains sekarang sudah
terpola secara kultural dan struktural dengan paradigma barat untuk durhaka kepada
agama, khusunya kepada ibu kandungnya yaitu islam.
Teori Darwin, Teori Freund, Teori Karl Marx, mereka adalah para pemerkosa Tuhan, ditangannya tuhan seolah-olah mati
dan tidak ada harganya. Tuhan
disingkirkan dari ranah ke-alaman dan dari kehidupan manusia. Maka pemikiran
meaterialisme ini terakumulasi dalam
otak para manusia dan timbulah dari sini pertentangan sengit antara sains dan
agama, pengembangan sains tidak boleh disangkut pautkan dengan doktirin agama,
sains baik dalam lingkup ke-alaman maupun kemanusiaan, harus objektif, bebas
nilai (freevalue). Itulah virus sekularisasi yang akan berkembang kepada
idiologi ateis.
Islam memelihara “ keperawanan ”
Sains
Sains di kembangkan oleh umat islam
karena landasan idiologis “IQRA”, yang menimbulkan rasa kaguman kepada
Alam. Perintah iqra (bacalah) dengan
membaca segala sesuatu yang besifat fenomena maupun nomenon (sesuatu dibalik
penomena) dari alam (ayat kauniyyah) maupun dari ayat qur’aniyah. Kedua komponen ini adalah satu kesatuan dalam
mencapai puncak kebenaran (The Ultimate True), bagaikan dua sisi
mata uang yang tidak boleh dipisahkan, jika di pisahkan maka uang itu tidak kan
berarti lagi. Keduanya harus saling
menjelaskan (Reciprocal Enrichment).
Keduanya pasti akan klop, jika tidak klop antara islam dan sains berarti ada
yang salah.
Islam adalah pemelihara keperawanan sains, dalam artian sains tidak akan
kehilangan suatu unsur yang sangat terhormat dan mulia, unsur penyebab utama
dari segala sesuatu, yaitu unsur ketuhanan. “
bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan..!!!”, ayat suci inilah
yang akan menjadi rujukan ilmuan muslim untuk mengintegrasikan penemuan sains
dengan unsur ketuhanan, maka lahirlah sains yang menambah keimanan, sains yang
tidak membuat kering jiwa, dan tentunya sains yang membuat kita sadar siapa
diri kita?, siapa pencipta kita?, dari mana asal dan kemana kita kan berpulang?. -------- Wallahu A’lam Bishowwab------------
0 komentar:
Posting Komentar