Sabtu, 24 Maret 2012

Self Leadership




Self Leadership
Oleh : Misbahuddin



Wahai kawan!, ada satu pertanyaan yang sangat menarik untuk diriku, mungkin juga untuk dirimu, satu pertanyaan yang serimg muncul tentang teori kepemimpinan adalah mengapa leadership sangat kaya dari segi teori dan konsep, sementara sanagat miskin dalam aplikasinya  atau penerapan dari konsep-konsep yang banayak itu.

Ratusan buku dan model leadership mengajukan berbagai cara terbaik untuk menjadikan leader yang baik, namun, banyak orang ketika diminta untuk menyebut nama seorang leader yang dapat mereka jadikan sebagai role model ( contoh nyata) mereka sulit sekali menyebutkannya.

Adanya jarak antara apa yang dipelajari tentang leadership dan apa yang benar-benar diterapkan merupakan fenomena umum dalam model kepemimpinan sekarang. Model-model ini hanya berfokus pada  berbagai kompentensi yang diperlukan untuk memimipin suatu organisasi  tetapi tidak menjelaskan bagaimana meneumbuh suburkan kompentensi-kompentensi itu, apakah ini suatu krisis dalam teori leadership?.

Sebenarnya  hal ini lebih merupakan krisis keberanian (courage) ketimbang krisis teori leadership, karena yang kurang sekarang ini  bukanlah pengetahuan atau teori leadership.  Tetapi keberanian untuk mewujudkan pengetahuan tersebut  kedalam aksi yang nyata (actual performarnce) bukan hanya beretorika belaka, selesai beretotoriaka selesai juga urusan. Tidak seperti itu kawan, coz kehidupan tidak akan berubah hanya dengan sebuah retorika. Suatu tanggung jawab dan keberanian untuk mewujudkan konsep atau teori tidak datang hanya dengan berharap. Ia hanya terjadi sebagai konsekuensi tingkat kesadaran ( consciousness) seseorang. Untuk mrncapai hal itu, seseorang harus dapat memahami dan  mengalami tingkat kesadaran yang mendalam dan tingkat identitas diri yang lebih tinggi, sebagai prasyarat  bagi pengembanagan kompentensi dalam memimpin orang lain.

Maka kepemimpinan diri (self leadership) menjadi sangat pundamental  perannya dalam proses perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam beberapa kali kesempatan, Muhammad saw mengingatkan kita tentang perlunya kompentensi penguasaan terhadap diri sendiri. Misalnya,  ketika pulang dari perang Badar Al-Kubra, beliau berkata kepada para sahabatanya, “ kita pulang dari perang kecil menujuperang yang lebih besar”. Para sahabat bertanya-tanaya, “bukankah perang yang baru dilalui adalah suatu perang yang besar?” salaseorang sahabat bertanaya, “ apa perang yang lebih besar itu, wahai Rasullulah?,jawab beliau, “perang melawan hawa nafsu”(HR.Baihaqi). peperangan melawan hawa nafsu merupakan peperangan melawan dirisendiri. Artinya, peperangan yang paling besar adalah  peperangan melawan diri sendiri.

Self leadership pada subtansinya adalah penguasaan dan pengendalian  terhadap hawa nafsu. Seseorang yang bijak berkata “setiap musuh yang anda perlakukan dengan lemah lembut akan menjadi kawan, kecuali nafsu, semakin kau berlemah lembut padanya, ia  akan semakin menjadi melawan, dan akhirnya akan memperbudakmu”. Pilihanya ada dua, anda yang memimpin nafsu anda sendiri atau nafsu yang akan memimpin keseluruhan diri anda?.

Apabila sudah diperbudak oleh nafs, maka tidak ada yang bisa membebaskan diri kita dari perbudakan kita selain diri kita sendiri. Keberhasilah hidup yang kita sedang menjalaninya dan sedang kita tuju tergantung kepada seberapa besar kita kemampuan kita didalam mengendalikan nafsu, yaitu  kemammpuan kita dalam mengoordinasikan niat, pikiran, dan tindakan kita agar nafsu yang telah dianugrahkan oleh Allah dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Ini adalah sebuah kepemimpinan kita terhadap diri sendiri kita sendiri, self leadership ini sangat ditegaskan oleh Rasullah saw, Beliau Bersabda, “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan di minta pertanggung jawabanya tentang kepemimpinannya”, (HR.Bukhori). So.. ini berarti bahwa pada hakikatnya setiap manusia adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya sendiri. Jika semua orang dalam sebuah organisasi punya rasa kesadaran seperti ini, maka organisasi itu akan berhasil  mencapai tujuan-tujuan karena setiap anggota dari organisasi tersebut  sadar tentang hakikat kepemimpinan sebenarnya. Sebuah keberhasilan yang pasti akan dicapai meskipun tanpa diawasi  secara ketat oleh para pemimpin stukturalnya.

Self leadership merupakan dasar dari segala bentuk kepemimpinan. Self leadership yang berarti pula self discipline (menegakan disiplin atas diri sendiri) merupakan aktivitas  yang paling berat karena berkaitan dengan diri sendiri  dan tidak melibatkan orang lain, lain halnya dengan kepemimpinan  organisasi tau team, dimana kita akan mendapat koreksi dari orang lain jika berbuat salah.

Disamping itu, dalam meimpin diri sendiri kita sering sekali melakukan “self excuse” (memaafkan diri sendiri) kalau berbuat salah dan jarang melakukan “self punisment” (menghukum diri sendiri). Ketika kita memimpin orang lain, kita akan lebih mudah memberikan sanksi kepada bawahan kita, atau jika anda seorang guru anda akan mudah memberikan sanksi atau hukuman dikarenakan kesalahan mereka, tapi ketika anda sendiri melakukan sebuah kesalahan, anda lupa untuk memberikan hukuman kepada diri anda sendiri. Contoh kecil, ketika anda melakukan maksiat kepada Allah dengan mengumbar pandangan kepada sesuatu yang hawa nafsu menyukainya, maka anda harus memberikan hukuman yang setimpal kepada diri anda, contoh dengan mewajibkan diri untuk  membaca Al-Qur’an  dua juz. Ini hal yang sangat penting agar anda belajar untuk hidup dengan sebuah prinsip yang benar.

Ada sebuah perkataan yang menarik dari Jagdish parikh sala seorang alumni Harvard business shcool dan penulis buku managing your self (1991) dia berkata begini “ jika anda tidak dapat memimpin diri sendiri anda dengan baik, maka orang lain akan melakukanya,”,  jika seseorang tidak mampu memimpin dirinya dengan baik, maka ia akan dapat memimpin orang lain dengan efektif.

Marialah wahai kawan kita belajar terus menerus untuk senantisa meningkatkan kualitas diri dan potensi kita ke arah pekembangan yang lebih baik dari sebelumnya. tentu, kita tidak ingin  dalam hidup yang sebentar ini, kita tidak memberikan mampaat kepada manusia lain, atau tidak memberi mampaaat sedikitpun untuk diri kita sendiri. Hanya ada dua pilihan, Kita jadi penggerak sejarah, atau sebagai korban dari sejarah. Wallahu a’lam bishowwab.
.
“Manusia yang beruntung adalah mereka yang hari ini lebih baik dari kemarin, manusia yang rugi adalah mereka yang hari ini sama dengan kemarin, dan manusia yang bangkrut adalah mereka yang  hari ini lebih buruk dari kemarin”

0 komentar:

Posting Komentar