Self Leadership
Oleh : Misbahuddin
Wahai kawan!, ada satu pertanyaan yang sangat menarik
untuk diriku, mungkin juga untuk dirimu, satu pertanyaan yang serimg muncul
tentang teori kepemimpinan adalah mengapa leadership sangat kaya dari segi
teori dan konsep, sementara sanagat miskin dalam aplikasinya atau penerapan dari konsep-konsep yang
banayak itu.
Ratusan buku dan model leadership mengajukan berbagai
cara terbaik untuk menjadikan leader yang baik, namun, banyak orang ketika
diminta untuk menyebut nama seorang leader yang dapat mereka jadikan sebagai role
model ( contoh nyata) mereka sulit sekali menyebutkannya.
Adanya jarak antara apa yang dipelajari tentang
leadership dan apa yang benar-benar diterapkan merupakan fenomena umum dalam
model kepemimpinan sekarang. Model-model ini hanya berfokus pada berbagai kompentensi yang diperlukan untuk
memimipin suatu organisasi tetapi tidak
menjelaskan bagaimana meneumbuh suburkan kompentensi-kompentensi itu, apakah
ini suatu krisis dalam teori leadership?.
Sebenarnya hal
ini lebih merupakan krisis keberanian (courage) ketimbang krisis teori
leadership, karena yang kurang sekarang ini
bukanlah pengetahuan atau teori leadership. Tetapi keberanian untuk mewujudkan
pengetahuan tersebut kedalam aksi yang
nyata (actual performarnce) bukan hanya beretorika belaka, selesai
beretotoriaka selesai juga urusan. Tidak seperti itu kawan, coz kehidupan tidak
akan berubah hanya dengan sebuah retorika. Suatu tanggung jawab dan keberanian
untuk mewujudkan konsep atau teori tidak datang hanya dengan berharap. Ia hanya
terjadi sebagai konsekuensi tingkat kesadaran ( consciousness)
seseorang. Untuk mrncapai hal itu, seseorang harus dapat memahami dan mengalami tingkat kesadaran yang mendalam dan
tingkat identitas diri yang lebih tinggi, sebagai prasyarat bagi pengembanagan kompentensi dalam memimpin
orang lain.
Maka kepemimpinan diri (self leadership)
menjadi sangat pundamental perannya
dalam proses perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam beberapa kali kesempatan,
Muhammad saw mengingatkan kita tentang perlunya kompentensi penguasaan terhadap
diri sendiri. Misalnya, ketika pulang
dari perang Badar Al-Kubra, beliau berkata kepada para sahabatanya, “ kita pulang dari perang kecil menujuperang yang lebih
besar”. Para sahabat bertanya-tanaya, “bukankah perang yang baru
dilalui adalah suatu perang yang besar?” salaseorang sahabat bertanaya, “ apa
perang yang lebih besar itu, wahai Rasullulah?,jawab beliau, “perang melawan hawa nafsu”(HR.Baihaqi).
peperangan melawan hawa nafsu merupakan peperangan melawan dirisendiri.
Artinya, peperangan yang paling besar adalah peperangan melawan diri sendiri.
Self leadership pada subtansinya adalah penguasaan dan
pengendalian terhadap hawa nafsu.
Seseorang yang bijak berkata “setiap musuh yang
anda perlakukan dengan lemah lembut akan menjadi kawan, kecuali nafsu, semakin
kau berlemah lembut padanya, ia akan
semakin menjadi melawan, dan akhirnya akan memperbudakmu”. Pilihanya
ada dua, anda yang memimpin nafsu anda sendiri atau nafsu yang akan memimpin
keseluruhan diri anda?.
Apabila sudah diperbudak oleh nafs, maka tidak ada
yang bisa membebaskan diri kita dari perbudakan kita selain diri kita sendiri.
Keberhasilah hidup yang kita sedang menjalaninya dan sedang kita tuju
tergantung kepada seberapa besar kita kemampuan kita didalam mengendalikan
nafsu, yaitu kemammpuan kita dalam
mengoordinasikan niat, pikiran, dan tindakan kita agar nafsu yang telah
dianugrahkan oleh Allah dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Ini adalah sebuah kepemimpinan kita terhadap diri
sendiri kita sendiri, self leadership ini sangat ditegaskan oleh Rasullah saw,
Beliau Bersabda, “setiap kamu adalah pemimpin
dan setiap pemimpin akan di minta pertanggung jawabanya tentang
kepemimpinannya”, (HR.Bukhori). So.. ini berarti bahwa pada
hakikatnya setiap manusia adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya sendiri. Jika
semua orang dalam sebuah organisasi punya rasa kesadaran seperti ini, maka
organisasi itu akan berhasil mencapai
tujuan-tujuan karena setiap anggota dari organisasi tersebut sadar tentang hakikat kepemimpinan sebenarnya.
Sebuah keberhasilan yang pasti akan dicapai meskipun tanpa diawasi secara ketat oleh para pemimpin stukturalnya.
Self leadership merupakan dasar dari segala bentuk
kepemimpinan. Self leadership yang berarti pula self discipline
(menegakan disiplin atas diri sendiri) merupakan aktivitas yang paling berat karena berkaitan dengan
diri sendiri dan tidak melibatkan orang
lain, lain halnya dengan kepemimpinan
organisasi tau team, dimana kita akan mendapat koreksi dari orang lain
jika berbuat salah.
Disamping itu, dalam meimpin diri sendiri kita sering
sekali melakukan “self excuse” (memaafkan diri sendiri) kalau berbuat
salah dan jarang melakukan “self punisment” (menghukum diri sendiri). Ketika
kita memimpin orang lain, kita akan lebih mudah memberikan sanksi kepada
bawahan kita, atau jika anda seorang guru anda akan mudah memberikan sanksi
atau hukuman dikarenakan kesalahan mereka, tapi ketika anda sendiri melakukan
sebuah kesalahan, anda lupa untuk memberikan hukuman kepada diri anda sendiri.
Contoh kecil, ketika anda melakukan maksiat kepada Allah dengan mengumbar
pandangan kepada sesuatu yang hawa nafsu menyukainya, maka anda harus
memberikan hukuman yang setimpal kepada diri anda, contoh dengan mewajibkan
diri untuk membaca Al-Qur’an dua juz. Ini hal yang sangat penting agar
anda belajar untuk hidup dengan sebuah prinsip yang benar.
Ada sebuah perkataan yang menarik dari Jagdish parikh
sala seorang alumni Harvard business shcool dan penulis buku managing your self
(1991) dia berkata begini “ jika anda tidak dapat memimpin diri sendiri anda
dengan baik, maka orang lain akan melakukanya,”, jika seseorang tidak mampu memimpin dirinya
dengan baik, maka ia akan dapat memimpin orang lain dengan efektif.
Marialah wahai kawan kita belajar terus menerus untuk
senantisa meningkatkan kualitas diri dan potensi kita ke arah pekembangan yang
lebih baik dari sebelumnya. tentu, kita tidak ingin dalam hidup yang sebentar ini, kita tidak
memberikan mampaat kepada manusia lain, atau tidak memberi mampaaat sedikitpun
untuk diri kita sendiri. Hanya ada dua pilihan, Kita jadi penggerak sejarah,
atau sebagai korban dari sejarah. Wallahu a’lam bishowwab.
.
“Manusia yang beruntung adalah mereka
yang hari ini lebih baik dari kemarin, manusia yang rugi adalah mereka yang hari
ini sama dengan kemarin, dan manusia yang bangkrut adalah mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin”
0 komentar:
Posting Komentar