N FILSAFAT TELAH “MEMPERKOSA” TUHAN N
0leh : Misbahuddien
Para pembaca sekalian pasti mengerinyitkan dahi dan menatap
penuh dengan kesinisan, apa maksud dari penulis?, mungkin itu pertanyaan yang singgah
di dalam kedalam hati, tulisan ini hadir untuk memfilterisasi
subhat-subhat (sesuatu yang menghancurkan keyakinan) yang dilontarkan salaseorang diantara kami dalam
sebuah konfrontasi pemikiran yang dilaksankan oleh sebagian mahasiswa PUBLISISTIK THAWALIB untuk memaksimalkan pengekplorasian ilmu, didalam konfrontasi
tersebut, kami membahas dan mengekplorasi secara radikal makalah salaseorang diantara
kami. Dan itu lebih bermampaat menurut perfektif penulis daripada paramahasiswa “bercipika -cipiki”
gak karuan tak tentu arah tujuan (ketika sang dosen tidak hadir), yang akhirnya
hanya menghabiskan waktu dan membuat langkah demi langkan perjalanan kita ke
medan jihad pendidikan ini menjadi tak
ada nilai yang berarti.
Disini penulis hanya mentranspormasikan hujah-hujah yang
dulu disampaikan dengan sebuah tulisan, yang akan menguraikan keterbatasan akal
dalam pengekplorasian terhadap tuhan. Berfilasfat?? Adalah berfikir secara mendalam. Tapi pertanyaanya
apakah semua hal bisa diperbincangkan dengan sebuah rasionalitas??. Disini Penulis mengangkat sebuah pendapat para filosof yang
akan mencurahkan isi hati mereka tentang apakah tuhan atau hal yang bersipat transidental
dapat di rasionalisikan secara mendalam..???.
EMMANUUEL KANT adalah seorang filosof besar jerman yang paling besar
pengaruhya sampai sekarang, hidup pada jaman rasionalisme abad ke 18. Moto
hidupnya yang terkenal “sapare aude” (beranikan menggunakan
akal budimu). Dalam bukunya yang terkenal kritik der theoristische vernunft,
beliau menjelaskan
penggunakaan akal budi dapat memberikan penjelasan-penjalasan terhadap segala
hal ikhwal yang terjadi di alam ini yang nampak, tapi akal budi sendiri tidak
dapat memberi sebuah kepastian-kepastian, melainkan hidup dalam pengandai-andaian (spekulasi). (ilmu, filsafat dan agama. Endang Saeffudin anshori MA ).
Kant yang
disebut raksasa ahli fikir itu insaf, “haqiqat
kebeneran tertinggi (the ultimate true) itu tidak dapat dicapai dengan akal
yang kekuatanya terbatas.dan beliau juga menjelaskan bahwa sesuatu hal yang
besar itu ada , tetapi letaknya adalah
diatas akal (trancidental). Sebab itu di barkata diakhir perenunganya “saya
terpaksa berhenti sejenak dari pengetahuan, supaya saya sediakan tempat untuk
buat “iman”. (HAMKA, pandangan hidup muslim).
So...apakah sesuatu
yang terbatas dapat memikirkan sesuatu yang tak terbatas ?? jangankan
mengetahui hal tersebut,akal saya tidak dapat mengetahui dengan benar apa yang
pembaca lakukan kemarin malam walau
dengan perenungan yang dalam sekalipun??. Itu baru sesuatu yang terbatas
mencoba menjelaskan sesuatu yang terbatas.?apalagi mencoba menjelaskan sauatu
yang tidak terbatas..??. ( yang tidak setuju angkat
tangan..!! dan kirimkan argumenya lewat
tulisan ke JAUHAR AL-HAYAH, ane tunggu
antum..!! ).
Kita membahas pendapat selanjutnya yang datang dari Dr.J.
VERKUYL, beliau menjelaskan “rasio manusia itu cendrung sekali melewati batas-batas kesanggupannya
dan menjadi tinggi hati serta mengabdi kepada yang semu dan dusta. Ia bertindak
seakan-akan semacam dewa, mengangkat
dirinya menjadi ukuran yang termulia dan terakhir, bertindak selaku
hakim tertinggi atas kebenaran. sesuatu ucapan yang menyolok bertalian dengan semu
dan hal yang berlebih-lebikan nilai rasio ini kita jumpai pada DESKARTES moto hidupnya yang terkenal “COGITO ERGO SUM” (aku berfikir maka aku ada),
maksud dari moto itu bahwa akal adalah sumber kebenaran mutlaq, sang pencipta,
kholik, dan segala kebenaran yang berkaitan dengan metafifisika, manusia dan
dunia dapat di pecahkan oleh sang akal. Rasio ia letakan di tempat yang
tertinggi, rasio begitu berdaulat, sehingga tuhan pun harus turut pada
kaidah-kaidar rasionalitas (inilah sebuah pemerkosaan terhadap
tuhan), ia membuat rasio begitu berdaulat. Ia lupa harusnya kita
mengatakan “deusest,ergo sum” (tuhan itu ada,
jadi aku ada).
Pendapat berikutnya datang dari D.C. MULDER.
Beliau berkata “menyingkap tuhan dengan akal,
hal ini termasuk sesuatu yang melebihi akal manusia. tidak dapat dibuktikan
bahwa tuhan itu ada (dan bukti-bukti yang dikemukakan itu memang tidak
meyakinkan orang yang terdahulu dalam pengekplorasian terhadap tuhan), tetapi
juga tidak dapat dibuktikan bahwa tuhan itu tidak ada. Inilah soal keyakinan ,
bukan soal akal, ilmu atau bukti . tuhan diterima manusia dengan kepercayaan. akan tetapi janganlah
disimpulkan bahwa kepercayaan itu
bertentangan dengan akal. Bukan itu kesimpulannya, melainkan kepercayaan itu
melibihi akal dan mendahului akal,apalagi kepercayaan dan keyakinan
mempengaruhi akal. (D.C . MULDER, pembingbing ke alam filsafat)
Kita pertikan
sekarang perkataan dari seorang pujangga dan filosof besar muslim dan bapaknya
sosiologi, yaitu IBNU KHALDUM dalam buku
yang penomenalnya AL-MUQODDIMAH , beliau berkata “ akal itu adalah sebuah timbangan yang cermat , yang
hasilnya adalah pasti dan dapat
dipercaya!, TETAPI........................!!!!, mempergunakan akal itu untuk menimbang soal-soal yang berhubungan dengan keesaan
ALLAH SWT, atau hidup di akhirat kelak,
atau haqiqat kenabiaan, atau sifat-sifat ketuhanan, atau hal-hal yang lain yang
bersifat metafik , adalah sama dengan mencoba
mempergunkan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung. Ini tidaklah berarti
bahwa timbangan itu sendiri tidak boleh dipercaya. Soal yang sebenarnya adalah,
bahwa akal itu mempunyai
batas-batas yang dengan keras membatasinya, oleh karena itu
tidak bisa diharapkan bahwa akal
itu dalam memahami ALLAH dan sifat-sifatnya, karena
otak hanyalah satu dari beberapa atom yang diciptakan Allah swt......(A.MUKTI ALI, filsafat islam tentang sejarah)
Manusia yang lemah dan terbatas menjadi lebih pongah
dan begitu sombong ketika dia telah mendewakan akalnya, tuhan harus bertekuk
lutut pada rasionalitas, sesuatu yang agung
dan besar di tarik dengan paksa ke dalam ruang kaidah-kaidah
rasionalitas yang bertumpu pada akal
yang terbatas, maka pastilah akan menghasilkan kesimpulan yang rancu (comfusion concution) maka
disinlah tuhan telah di perkosa oleh sebuah
rasionalitas yang tidak rasional.
Dengan mengunakan rasionya manusia itu membuat bagi
tuhan-tuhan,dewa-dewi, meyusun sendiri sesuatu gambaran tuhan yang menghasilkan banyak model-model tuhan
(kayak pakaian aza ada model-model segala rupa he...) seperti pantaisme, politeisme,
monoteisme, yang intinya adalah hasil dari sebuah spekulasi akal ,bahkan dengan
argumen akal tuhan dapat dimatikan, dan sebaliknya tuhan dapat dibuktikan
eksistensinya, inyinya argumen apapun tentang tuhan baik yang pro dan kontra
dapat digugurkan kembali dengan argumen akal lagi.
Allah swt (oke lah kalo begitu....kita lebih spesipik ya ....!!) bukanlah objek pengenalan
seperti benda-benda yang ada.
Satu-satunya yang mengenal eksistensi
Allah ialah Allah sendiri. Dan salasatu kemungkin kita mengenal Allah adalah
dengan pernyataan Allah sendiri yang ia
firmankan dalam Al-Qur’an dan apa yang disabdakan Rasul-NYA, itulah
satu-satunya sumber pengetahuan kebenaran yang mutlaq (bukan spekulasi) tentang haqiqat Allah Swt. lebih jelas bagi
yang mengaku pencinta kebijkasanaan dan kebenaran sejati untuk membaca dan
mengekpolrasi buku AL-AQIDAH karangan SAID SABIQ, atau AKIDAH
AHLU SUNAH WAL JAMAAH karangan UST.YAZID BIN ABDUL QODIR JAWAZ. Atau
buku-buku yang sejenisnya. Wallahu A’lam Bishowwab
“tafakurilah apa yang diciptakan oleh
Allah, dan jangan mentafakuri tentang hal-ikhwal dzat Allah”
0 komentar:
Posting Komentar