NII Dimata Seorang Mahasiswa
THAWALIB
Selama
peperangan NII (Negara Islam Indonesia) dengan RI (Republik Indonesia),
Stigmatisasi terhadap NII oleh RI telah berlangsung sejak awal peperangan. Dari
mulai pemberian nama Gerombolan, DI yang disingkat Duruk Imah (Pembakar Rumah),
Perampok, dll. membuat pergerakan NII menjauh dari dukungan umat islam yang
masih taat pada RI. Paska peperangan selesai (1962) stigmatisasi terhadap NII
tidaklah serta merta selesai, apalagi gerakan NII kemudian terdeteksi kembali mengkristal
sejak 70-an awal. Maka propaganda serta pengstigmasisasi disebar dengan melalui
media resmi ataupun melalui antek-anteknya di kalangan bawah yang kontak
langsung dengan rakyat. Tidak jarang hal ini membuat beberapa anggota NII
kembali keluar dari oraganisasi tersebut, rakyat umum lebih membenci gerakan
ini, dan beberapa harokah (gerakan islam) mulai melakukan konflik gerakan dan
pemikiran dengan NII, meski pada hakekatnya tujuan gerakannya sama. Dan stigma
negatif muncul kembali demi memisahkan Mujahidin TII/NII dengan umat islam ataupun
yang berpotensi menjadi sekutu (harokah islam lainnya). Dan hal yang paling
“seru” menurut penulis terjadi ketika RI
berhasil menyusupkan agen-agennya yang berbaju mujahid masuk ke barisan NII dan
berusaha melakukan pembentukan citra buruk dan konflik baru yang bukan hanya
antara NII dengan fihak luar, juga didalam tubuh NII sendiri. (mantapnyapermainan…
intellejen RI). secara konseptual pegerakan NII versi karto suwiryo berbeda 180
derajat dari NII versi sekarang (versi panji gumilang).(sepak terjang KW 9 Abu
toto menyelewengkan NII, Al-Chaidar).
Dan dibawah ini
gambaran-gambaran stigmatisasi yang berhasil dilakukan oleh fihak RI yang
sekarang dijadikan idiolagi pergerakan NII persi Panji Gumilang dengan
yayasannya yang paling besar seasia, yaitu Alzaitun. Hal yang sangat aneh
apabila kita renungkan ketika gerakan NII sedang gencar seperi sekarang ini,
kok, mengapa markas besarnya tidak diberangus aja??, malah para aparat maupun
pakar hanya membuat ombrolan-obrolan yang mengembor-gemborkan NII dan sepak
terjangnya tanpa mencari inti dari “problem solving”nya, ini bagaikan sebuah
permainan yang sengaja di gembor-gemborkan untuk sebuah “kepentingan”. Tentu
yang menjadi korban adalah umat islam sendiri yang di cekoki dan di jadikan
objek permainan. Coba kita lihat perkara ini dengan pendekatan multi perfektip
sehingga kita tidak mudah untuk menerima sebuah pemberitaan (take for granted),
tapi, terlepas dari itu semua subhat-subhat (virus-virus agama) yang datang
dari NII versi Panji gumilang tetap lah harus di di bongkar kebusukan idiologinya
dan melakukan refurifikasi (pemurnian kembali) dengan hujjah alqur’an dan
as-sunnah. Dibawah ini akan di jelaskan shubhat-shubahat NII dan bantahanya.
1.Ashobiyah.
NII
sudah terkenal dengan suka mengkafirkan orang yang diluar golongannya walaupun
itu saudara atau keluargannya yang masih islam dengan alasan mereka tidak masuk
NII maka mereka kafir. Jelas ini idiologi yang keliru. Ini jelas bertentangan
dengan hadist dibawah ini
ليس منا من دعا إلى عصبية ، وليس منا من قاتل على
عصبية ، وليس منا من مات على عصبي
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang mengajak kepada ashobiyah (fanatik golongan, suku, bangsa, kelompok dsb, pokoknya selain fanatik Islam). Dan bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang berperang atas dasar ashobiyah. Dan tidak termasuk golongan kami pula, siapa saja yang mati atas dasar ashobiyah.
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang mengajak kepada ashobiyah (fanatik golongan, suku, bangsa, kelompok dsb, pokoknya selain fanatik Islam). Dan bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang berperang atas dasar ashobiyah. Dan tidak termasuk golongan kami pula, siapa saja yang mati atas dasar ashobiyah.
2.Sebagai Sekte (Aliran
Keagamaan)
Hal ini
muncul terutama ketika beberapa kelompok dengan mengatas namakan NII (menyebar
di daerah Garut, Jawa Barat) membuat syari'at/hukum dimana sebelum tegaknya
Madinah Indonesia maka Sholat (secara ritual) belum dilaksanakan. dengan hujah bahwa turunnya perintah sholat
terjadi ketika Madinah sudah tegak. Kelompok lainnya yang dibawa oleh NII Al
Zaitun (Abu Too/Panji Gumilang dipengaruhi oleh aliran Isa Bugis) malah
menyatakan bahwa melaksanakan perintah Imam (melaksanakan aktifitas sebagai
aparatur negara) itu sudah sholat, sehingga sholat dalam arti ritual sudah
tidak usah dilaksanakan lagi. Konsep ini jelas adalah sebuah sekte/ aliaran
sempalan yang sangat melenceng jauh dari firman Allah “waaqimusholah…..” ayat
ini ketika turun maka sudah berlaku dan wajib untuk dilaksanakan sehingga hari
akhir, tidak ada yang namanya perubahan hukum setelah pintu wahyu tertutup.
Interpretasi (tafsiran) terhadap ayat sholat sunggu tidak di dukung dengan
hujjah-hujjah yang datang dari para ulama yang kredibilitas dan yang memilik
hak priogatif.
3.Mengkafirkan Umat Islam
diluar NII
Entah
berawal dari mana bahwa NII terkenal mudah mengkafirkan umat islam lainnya yang
tidak menjadi warga negara NII. Dan faktanya bahwa beberapa kelompok yang
mengatasnamakan NII melakukannya, contoh NII Al Zaitun/KW IX . Yang ironisnya
mereka selalu berangkulan mesra dengan pejabat RI, bahkan peresmiannyapun
(ponpes Al Zaitun) dilakukan oleh pejabat RI.
Ketika
jaman peperangan jelas (1949-1962/65), dimana NII mempunyai teritorial yang
secara murni menjalankan Syariat Islam. Bahwa siapapun yang memerangi NII
berarti memerangi Syariat Islam dan Dia yang membuat dan memerintahkan syariat
tersebut dijalankan, sehingga mereka (siapapun itu, meski mengakui beragama
islam) jelas dinyatakan Bughot/murtad/kafir.
4.Penguras Uang Rakyat
Panji Gumilang
(pendiri NII al Zaytun) yang haus kekuasaan dan kemewahan berhasil meyakinkan
para aparatnya untuk melakukan penarikan dana besar-besaran untuk membiayai
istananya di Indramayu (ponpes Al Zaytun) dan segala akomodasi lembaganya (NII
boneka RI). Berbagai cara dari mulai biyaya baiat Hijrah, Qirodh, Infaq taubat,
dll dengan jumlah dan aturan diluar syariat, betul-betul menguras harta umat.
Sedikit demi sedikit terungkaplah siapa Panji Gumilang yang sebenarnya. Meski
masih banyak umat yang merasa dirinya berada dalam rel yang benar karena telah
di”braind washing” (cuci otak). padahal sebenarnya mereka telah terkena tipu
daya oleh para aparat al Zaytun, dan para “memmber” NII yang terus bergerak
mengrekrut anggota baru dan menupuk-numpuk harta demi kepentingan golonganya.
Bahkan seorang akhwat di perbolehkan menjual dirinya demi mendapatkan uang
untuk membayar shodakoh ke aparat NII tersebut. (bangsat siah..te gableg
pikiran….mmm..maaf penulis agak amarah).
Mungkin
tulisan ini masih belum bisa menampung info-info tentang NII secara luas. Tapi,
mudah-mudahan teman-teman bisa menambahkan di sedisi berikutnnya. Mudah-mudahan
tulisan ini sedikitnya bisa bermampaat dan bisa membuka cakrawala kita dengan
apa yang terjadi disekeliling kita, wallahu a’lam bshowwab.
0 komentar:
Posting Komentar