Sabtu, 24 Maret 2012

MENGEKPLORASI TAFSIR AL-QUR’AN




MENGEKPLORASI TAFSIR AL-QUR’AN
Oleh : MisbahuddiN

Elo seorang muslim?? So....elo harus baca tulisan ini, coz kita selaku mahasiswa  yang punya label islam kadang ngelupain jati diri kita selaku muslim, waktu kita untuk membaca hal-hal yang sangat subtansial dalam esensi ajaran islam sangat sedikit sekali, kita beragama hanya sesuai dengan apa yang diwariskan oleh nenek moyang kita dikala kita kecil, dan ketika tumbuh jadi mahasiswa,  kita disibukan dengan hal-hal yang hanya mempoles perpormen kita doank.

Studi tafsir sangat urgen sekali untuk kita ketahui. Coz salasatu sumber  way of live  kita adalah Al-qur’an, dan Al-Qur’an membutuhkan sebuah tafsiran untuk menyingkap “tabir misteri” di dalam untaian kata-kata Al-Qur’an, kaum muslimin meyakini bahwa Al-Qur’an adalah Firman Allah swt sebagai mu’jizat  yang diturunkan kepda Rasululah Saw melalui malaikat Jibril,  yang tertulis didalam  mushaf-mushaf, yang diriwatkan secara mutawatir , beribadah dengan  membacanya, yang diawali dengan  surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-nass. ( Muhamad Ali As-Sobuni, At-Tibyan fil Ulumil Qur’an).

Sungguh tragis wahai kawan sekarang banyak  para akademis, mulai menggunakan metode dan sikap skeptis dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an, Al-Qur’an dipandang sebagai teks historis (muntaj as-saqofi) yang relatif kebenarannya, temporal, dan kondisional, termasuk menafsirannya.

Ello harus tahu brow...!!!..di UIN Sarif Hidayatullah jakarta diajarkan mata kuliah “hermetika dan semiotika” sebagai mata kuliah prasarat  dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan Hadist. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami, menjelaskan, dan menerapkan ilmu hermenetika dan semiotika terhadap kajian Al-qur’an dan al-hadist.Nasr Hamid abu zayd, Muhamad shahrur, dan Amina Wadud adalah diantara cendikiawan  yg ide-idenya dijadiakn sebuah reperensi utama (reperention primary)  pembaharuan di bidang tafsir dengan melempar jauh-jauh tafsir  para Ulama terdahulu. Para cendikiawan yang taklid abizz/ pens berat orientalis, mereka mengnganggap  bahwa metode hermenetika adalah metode yang ilmiah banget gitu lhoooh ....dalam interpretasi Al-Qur’an, lebih kontekstual dan tidak bersipat dogmatis sektarian dalam istilah ke’re’n nya...di sebut “a’qaidiyyah madhabiyyah”, mereka mengnganggap orang yang berpegang pada tafsiran ulama klasik (Salaf) sebagai orang yang lebay abizz, gokil banget, ortodok, konserpatif dan gelar-gelar yang lain, yang bersipat melecehkan.

COZ  that....karya-karya kaum orientalis dan karya-karya para cendikiawan penzz berat orierientalis  pun dijadiakan  kajian utama  di beberapa perguruan tinggi yang banyak diterjemahkan kedalam bahasa indonesia,  dan apakah di STAI  FUBLISISTIK THAWALIB  terjadi hermenetikasisasi dalam mengekplorasi ilmu-ilmu agama ??.

SO....Ello akan  dapatkan di dalam tulisan ini hasil eksplorasi  tentang karakteristik  ilmu tafsir yang meliputi definisi, ilmu-ilmu  penopangnya, metode dan tren tafsir dalam mengukuhkan universalitas dan Finalitas wahyu Al-Qur’an.

DEFINISI  DAN PENOPANG ILMU TAFSIR

Tafsir secara etimologi, berarti menjelaskan dan menyingkap ( al-Bayan wal kashaf ). sedangkan makna termonologi adalah ilmu untuk memahami kitabullah yang diwahyukan pada Rasululaah Saw, menjelaskan makna-maknanya, menggali hukum2 nya, dan hikmah yang terkandung didalamnya. Ilmu tafsir senantiasa ditopang  oleh ilmu bahasa, ilmu nahwu (arabic grammar), ilmu sharaf (morpologi), ilmu bayan (rhetoric, sistematika, dan metode penjelasan, yang dengannya diketahui keindahan bahasa Al-Qur’an ), ushul fikih (kaidah-kaidah dan dasar ilmu fikih) dan ilmu qira’at (ragam bacaan yang diperkenkan  secara mutawatir) ashbabul nujul (sebab-sebab turun nya ayat-ayat al-qur’an), dan ilmu nasikh wal mansukh (abrogation : ayat yang mengesampingkan ayat lain dan ayat yang dikesampingkannya).      Wah banyak kali kan  penopang ilmu tafsir...!!! jadi yang berbicara tentang tafsir Al-qur’an gk boleh sembrang orang broo..!!!.
Coz Al-Qur’an memiliki berbagai dimensi maka dalam kaidah ilmu tafsir, seorang penafsir Al-Qur’an harus menguasai beberapa ilmu perangkat atau ilmu alat., diantaranya sbb :

a)       ilmu bahasa arab. Coz Al-qur’an diturunkan dalam bahasa arab maka sesorang tidak dapat menghindari dari prasarat ini  dalam penafsiranya, ilmu bahasa memberi informasi tantang makna setiap kata yang terkandung dalam Al-Qur’an dan perbedaan maknanya sesuai konteks penggunaanya dalam berbagai ayat (ma’na mustarak), lebih dari itu mufasir harus mengetahui makna asli sebuah kosa kata di jaman turunya wahyu, yaitu sebelum  terjadi perubahaan  makna dan perkembanganya seiring denga perkembangan jaman.diantara aspek ilmu bahasa yang yang harus dikuasai mufasir adalah mutaradif (sinonym) mushtarak (makna yg tergabung dalam sebuah kata, coz  dlam bahasa arab satu kata bisa memiliki banyak arti), ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan,

b)      Ulumul Qur’an  meliputi pengetahuan tentang asbabul nujul,(sebab turunnya ayat), pengetahuan tentang ayat2 makkiyyah dan madaniyyah, nasikh wal mansukh ( penghapusan ayat ), ayat muhkamat (ayat-ayat yang jelas dapat dipahami), ayat mutasabihat (ayat-ayat yang samar, yang memiliki ragam pemahaman).

c)       Ushul ad-Dien (ilmu tauhid), ini dikarenakan al-Qur’an membawa pemahaman baru tenntang alam, kehidupan dan manusia yang bermuara kepada aqidah al-islam (islam worldview). So.. orang yang aqidahnya tidak benar, besar kemungkinan akan memahami dan menafsirkan al-Qur’an secara salah.

d)      Ushul fiqih (kaidah-kaidah dan dasar-dasar ilmu fiqih), diantara kandungan al-qur’an adalah hukum dan syari’at. Pemahaman dan penguasaan terhadap ilmu ini , sangat urgen sekali dalam  mengambil kesimpulan tentang hukum-hukum  yang terkandung dalam berbagai ayat, for example gw kasih contoh kata perintah dalam al-qur’an  bisa berarti wajib, sunnah, atau mubah.

e)       Hadis , why.....seorang mufasir harus menguasai hadis??. Coz Rasululaah banyak menjelaskan ayat-ayat dalam sabdanya, sebab tugas utama beliau adalah menjelaskan wahyu kepada umat.

f)        Ilmu-ilmu lainnya, seperti sains, logika, falak, fisika, kedokteran, tarikh, psikologi, dan ilmu-ilmu sosial lainya. Ini diperlukan untuk menafsirkan ayat-ayat kauniyyah dalam al-qur’an yang perlu dicari kesesuaian dengan ayat-ayat kauniyyah dalam fenomena alam.

So....bagi elo yang pengen menjadi mufasir yang besar, ternyata masih banyak ilmu yang harus elo pelajari brow....!!, atau mungkin jadi mufasir besar sesuatu ambisisi yang terlalu idealis banget menurut elo, kalo begitu minimalnya kita punya wawasan yang mencukupilah tentang masalah agama, dikala masyarakat bertanya sesuatu kita bisa memberi penjalasan pada mereka.So...Jangan membuat kampus FUBLISISTIK THAWALIB menanggung malu di depan masyarakat di masa mendatang, jangan sampai terlontar perkataan dari mereka hari gienieh......sarjana islam  enggak tahu apa-apa....!!! ke laut az deah...!!!”. wallahu a’lam bishowwab.

Oke....brow .pembahasan ini kita lanjutin di edisi berikutnya.........good luck....!!!!

0 komentar:

Posting Komentar