IMAN
TERHADAP QODHO DAN QODAR
Apa pun yang terjadi di dunia dan yang menimpa diri
manusia pasti telah digariskan oleh Allah Yang Mahakuasa dan Yang
Mahabijaksana. Semua telah tercatat secara rapi dalam sebuah Kitab pada zaman azali.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan manusia tentang ketetapan dan ketentuan Allah
ini, maka ia memiliki peluang atau kesempatan untuk berlomba-lomba menjadi
hamba yang saleh-muslih, berusaha keras untuk mencapai yang dicita-citakan
tanpa berpangku tangan menunggu takdir, dan berupaya memperbaiki citra diri.
Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah
ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi
dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah
diberikan Allah SWT. Ia akan berubah menjadi batu karang yang tegar menghadapi
segala gelombang kehidupan dan senantiasa sabar dalam menyongsong badai ujian
yang silih berganti. Ia juga selalu bersyukur apabila kenikmatan demi
kenikmatan berada dalam genggamannya. Perhatikan beberapa ayat Allah dan hadits
Rasul berikut ini.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (al-Hadiid: 22-23)
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang
di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz).”
(al-An’aam: 59)
“Tiada seorangpun dari kalian kecuali telah ditulis
tempatnya di neraka atau di surga. Salah seorang dari mereka berkata, ‘Bolehkah
kami bertawakal saja, ya, Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, (akan tetapi)
beramallah …karena setiap orang dimudahkan (dalam beramal).’ Kemudian, beliau
membaca ayat ini, ‘Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah),
bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak
akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil,
merasa dirinya cukup dan mendustakan pahala yang terbaik, maka kami kelak akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar (al-Lail: 5-10).’” (HR Bukhari dan Muslim, dari Ali bin Abi Thalib)
0 komentar:
Posting Komentar