“ATEIS” Bertanya,
Gw Menjawab...!!!
Oleh : Misbahuddin
AWAS JANGAN DI BACA ......!!!! (bagi yang alergi filsafat), mata-mata mereka sudah sayup-sayup, mata
terbuka dengan perlahan-lahan lalu
ditutup kembali agak sedikit lama, terlihat ada seorang pemuda membuka mulutnya
dengan begitu lebar sambil sedikit mengarah ke langit, terdengarlah suara
“heaaaaaayy”.begitulah yang kulihat dari para peserta seminar “pencucian otak”
yang diselenggarkan oleh suatu organisasi (gw gk sebut ya namanya....coz gw
juga masuk anggaota resminya he..).
Ditengah-tengah rasa ngantuk yang begitu membebani
pundak kami (ma’lum acaranya
di selenggarakan tengah malam). datanglah dua pemateri yang akan mengadakan “washingmind “(pencucian otak), jreeeng........jreng......jreng.....!!!,
kole’baaat........ciaaaaaat......selebeeeuuuuuur gazleeeng.........( kata-kata yang asing
di telinga dapat di buka artinya di kamus populer, atau KAMUS FILSAFAT atau pun di Kamus Besar Bahasa Sunda he..he...).
Maka Datang lah seorang yang agak kecil perawakanya yang datang dengan gaya
perlente mundar-mandir gak karuang didepan kami, dia pun langsung berkata“gw orang ateis brooot !!, eeeh salah brow
maksudnya” kamipun berkata secara
sepontan, “haaaaaaaaaaaaaa
A>>>>>TE>>>>IS>>>>”. Siapakah tuhan lho..??
gimana membuktikan bahwa tuhan itu ada??
Tuhan itu dalam perfectif gw itu hanya halusinasi. Sesuatu yang direka-reka
oleh akal” sahutnya. Spontan emosi parapeserta menggelerola
bagaikan air-air yang meloncat-loncat
dalam bejana yang sudah lama dipanaskan.
Maka terjadilah berdebatan sengit sampai titik air
keringat penghabisan, maka menjawablah salaseorang diantara peserta “kita itu wajib beriman kepada Allah, dalilnya jelas
dalam al-qur’an”, “ ha..ha...itukan menurut anda, coba donk jelaskan secara
rasional agar gw paham” pemateri melakukan serangan balik, maka
menjawablah peserta yang lain “oke gw jelasin
secara raional, bumi itu bergerak siang dan malam, dan sesuatu ynag bergerak
pasti ada yang mengerakan “,sang pemateri menjawab “, “ itu rasional....??bumi itu berputar karena dengan
sendirinya brow.., dari mana engkau
menyimpulkan itu bahwa yang menggerakan
itu tuhan”. (penulis persingkat perdebatanya karena kalo terlalu
panjang lebar, ini tulisan bisa jadi novel bukan artikel he..he..).
Pemateri “Jikalau alam mempunyai aturan
sendiri dalam dirinya (hukum alam, dan
dsb), serta serba lengkap dan bergerak menurut undang-undangnya yang
terdapat dalam dirinya sendiri.so dimana
tuhan? Apakah dengan alam mempunyai aturan sendiri menandakan harus ada tuhan?,
justru itu menunjukan alam tidak memerlukan tuhan!!.jika memang ada mengapa
tuhan tidak menampakan dirinya dengan nyata dan jelas kepada manusia?, dalil
tuhan ada dengan bukti justifikasi wahyu itu tidak memuaskan, jika memang tuhan
ada mengapa alam ini tidak di jadikan langsung sempurna, sebagaimana kita lihat
alam penuh dengan ketidak seimbangan, bencana banyak menghancurkan dan
membinasakan manusia dengan segala isinya, lalu dimana keadilan tuhan, dimana
eksisitensi tuhan?, hidup di dunia ini seperti tidak mempunyai tujuan,
beribu-ribu anak di lahirkan lalu beberapa waktu kemudian mati dengan sebab penyakit, busung
lapar, dibunuh oleh ibunya dsb, bukankah ini sesuatu yang tidak perlu terjadi?,
dan sesuatu yang tidak memiliki arti”.
TRANG....TRUNG......TRANG.....TRUNG....(meminjam istilah bahasa si ambon he.. ).perdebatan berlanjut terjadi sampai jam 2 malam, kesunyian sudah
berdesak-desakan mememenuhi penjuru bumi
dan langit, dan sesekali kesunyian itu mengelus-ngelus bulu kuduk kami sehingga
berdiri, sang malam pun sudah bersiap-siap untuk tidur dan memakai selimut
kegelapanya. Rasa ngantuk sudah memukuli kepala kami dengan bertubi-tubi,
sehingga terlihat kepala-kepala para peserta turun naik, ke atas ke bawah, ke atas ke bawah, sesekali ada yang
memutar kepalanya dengan kencang bagaikan ingin mehilangkan sesuatu yang menempel begitu berat dikepalanya.
Pemateri berkata “Oke....gw jelasin deah bagaimana
merasionalisasikan tuhan dengan akal (mm....m...ternyata
para hadirin sekalian dia berpura-pura jadi ateis). Kita manusia tidaklah sempurna, karena siapaun pasti
tidak akan bisa lari dari kematian, itu menunjukan bahwa manusia itu terbatas, terus apakah
sesuatu yang terbatas dapat hidup dengan kekuatan sendiri yang terbatas untuk
hidup.??, so dia membutuhkan sosok yang sempurna yang tidak terbatas yaitu yang
kita cari malam ini yaitu tuhan. Argumen selanjutnya, gw kasih contoh seorang
penjahat atau koruptor kelas kakap dia hidup berpoya-poya dari hasil korupsinya
terus mati tanpa tersentuh hukum, dan
ada yang mencuri ayam di gebukin sampai mati oleh masa, maka manusia berfikir
keadilan pasti ada, walaupun didunia tidak ada tapi pasti keadilan ada sesudah
mereka mati, disini akal membawa manusia untuk percaya pada hari pembalasan
dimana keadialan akan ditegakkan.
Gw (penulis) mikir dan berkata dalam hati “waaaaaaaaaaaaaaah, gk beres nih dari berpuluh puluh pertanyaan
yang menghancurkan keyakinan (destroying of faith) hanya di jawab dengan
sebuah silogisme yang rapuh. Pertanyaan lainnya yang gk dijawab pasti akan
menjadi bom waktu bagi para peserta yang disuatu saat akan menggeogoti
keyakinannya perlahan tetapi pasti”.
Acarapun pencucian otak pun beres dilaksanakan, kamipun
pulang kembali ke alam-masing-masing (he...memanangnya bangsa jin apa?), tapi gw gk puas dengan jawaban sang
“ateis” di acara itu, ini baiknya gw
melakukan sharing lebih dalam. Maka kamipun
berkumpul disuatu tempat yang disepakati.
Dan pertemuan
lanjutan pun diadakan, kita langsung bicara panjang lebar tapi gw simpelkan
pembicaraanya, “bang..argumen adanya tuhan yg dipakai dulu pas acara,
sebenarnaya bisa dibantah lagi dengan argumen rasional juga
untuk menjadikan tuhan itu tidak ada” sahutku, “wah elo udah berfikir ateis
sekarang ya (sambil tersenyum merekah)” sahutnya. Gw menjawab “masalah
intinya membuktikan tuhan ada dengan rasional
bisa dibantah lagi dengan rasional
yang menunjukan tuhan itu tidak ada, atau sebaliknya. dan kedua-duanya
adalah hasil dari berfilsafat”, si abang “ya akhir dari sebuah petualangan
pemikiran dan konfrontasi pemikiran pada akhirnaya akan kembali pada diri, aliran mana yang mau dipegang”, gw “ya terserah deh kalo gitu, tapi intinya Argumen Akal Akan Bisa Dihancurkan Kembali Dengan Argumen Akal,
disininah manusia berada disimpang jalan ketika akal yang dijadikan tolak ukur
kebenaran”.
Gw “ baiknya bang, para pemateri acara tersebut lebih memperdalam konsep pembangunan keyakinan
dari pada konsep penghancurannya, karena konsep penghancuran keyakinan yang
lebih banyak dan kuat daripada konsep pembangunannya akan menghsilkan sesuatu
yang pincang, apalagi ini masalah keyakinan.” Ci abang” (tersenyum dalam), gw melanjutkan “jika pertanyaan yang
dilontarkan untuk menghancurkan keyakinan masih membekas dan secara tidak
terasa menjadi firus yang menggerogoti keyakinan, terus dia mati dalam
keragu-raguan terhadap apa yang dia yakini karena hasil dari pola pengkaderan yang tidak
seimbang (argumen penghancuran keyakinan lebih kuat
dan lebih banyak dari pada argumen pembangunanya). Siapakah
yang berdosa?? Yang telah menumbuhkan benih
keragu-raguan dlam hatinya.”
“ha...............ha................(tertawa
lepas ci Abang) gw juga pengen tobat nih banyak dosa, sebenarnya kalau jadi pemateri itu untuk tema
tersebut.”sahut si abang. Gw berkata dalam hati “ gw gk tahu apakah dia bene-bener menyimpan kehawatiran yang sama seperti yang
ku rasakan. Karena ini bukan masalah enteng!!!,
wahai para pembaca..!!, ini masalah besar...!! ini masalah keimanankan yang
bukan untuk dimain-mainkan.
Ketika soal-soal asasi manusia dihadapkan kepada ilmu
pengetahuan dan sang ilmu menjawab dengan bungkam, kemudian dihadapkan pada
filsafat , dan sang filosof pun menjawab dengan kebisuan, atau menjawab
dengan spekulasi, dugaah, terkaan,
sangkaan, dan kiraan, Nah, disini manusia berada disimpang jalan , mau
kemanakah dia?. maka serahkanlah soal-soal tersebut kepada sebuah intansi yang
lebih berwibawa ketimbang ilmu pengetahuan, dan filsafat di dalam menjawab hal
yang sangat asasi, yang dengan demikian lebih menetramkan jiwa yaitu agama!!,
agama wahyu. , karena jawabannya mutlaq, bukan sebuah spekulasi yang berkeliling mencari kebenaran. Agama bukan
sebuah metode untuk mencari kebenaran, tapi agama memberi sebuah jawaban tentang
kebenaran. Wallahu A’lam Bisowwab.
0 komentar:
Posting Komentar