Sabtu, 24 Maret 2012

“ATEIS” Bertanya, Gw Menjawab...!!!


“ATEIS” Bertanya, Gw Menjawab...!!!
                                                                                                Oleh : Misbahuddin




AWAS JANGAN DI BACA ......!!!! (bagi yang alergi filsafat), mata-mata mereka sudah sayup-sayup, mata terbuka dengan perlahan-lahan  lalu ditutup kembali agak sedikit lama, terlihat ada seorang pemuda membuka mulutnya dengan begitu lebar sambil sedikit mengarah ke langit, terdengarlah suara “heaaaaaayy”.begitulah yang kulihat dari para peserta seminar “pencucian otak” yang diselenggarkan oleh suatu organisasi (gw gk sebut ya namanya....coz gw juga masuk anggaota resminya he..).
Ditengah-tengah rasa ngantuk yang begitu membebani pundak kami  (ma’lum  acaranya  di selenggarakan tengah malam). datanglah dua pemateri yang akan  mengadakan “washingmind “(pencucian otak), jreeeng........jreng......jreng.....!!!, kole’baaat........ciaaaaaat......selebeeeuuuuuur gazleeeng.........( kata-kata  yang asing di telinga dapat di buka artinya di kamus populer, atau KAMUS FILSAFAT  atau pun di  Kamus Besar Bahasa Sunda he..he...). Maka Datang lah seorang yang agak kecil perawakanya yang datang dengan gaya perlente mundar-mandir gak karuang didepan kami, dia pun langsung berkata“gw orang ateis brooot !!, eeeh salah brow maksudnya”  kamipun berkata secara sepontan, “haaaaaaaaaaaaaa A>>>>>TE>>>>IS>>>>”.  Siapakah tuhan lho..?? gimana membuktikan bahwa tuhan itu ada??  Tuhan itu dalam perfectif gw itu hanya halusinasi. Sesuatu yang direka-reka oleh akal” sahutnya. Spontan emosi parapeserta menggelerola bagaikan  air-air yang meloncat-loncat dalam bejana yang sudah lama dipanaskan.

Maka terjadilah berdebatan sengit sampai titik air keringat penghabisan, maka menjawablah salaseorang diantara peserta “kita itu wajib beriman kepada Allah, dalilnya jelas dalam al-qur’an”“ ha..ha...itukan menurut anda, coba donk jelaskan secara rasional agar gw paham” pemateri melakukan serangan balik, maka menjawablah peserta yang lain “oke gw jelasin secara raional, bumi itu bergerak siang dan malam, dan sesuatu ynag bergerak pasti ada yang mengerakan “,sang pemateri menjawab “, “ itu rasional....??bumi itu berputar karena dengan sendirinya brow.., dari mana  engkau menyimpulkan itu bahwa  yang menggerakan itu tuhan”. (penulis persingkat perdebatanya karena kalo terlalu panjang lebar, ini tulisan bisa jadi novel bukan artikel he..he..).
Pemateri “Jikalau alam mempunyai aturan sendiri dalam dirinya (hukum alam, dan  dsb), serta serba lengkap dan bergerak menurut undang-undangnya yang terdapat dalam dirinya sendiri.so  dimana tuhan? Apakah dengan alam mempunyai aturan sendiri menandakan harus ada tuhan?, justru itu menunjukan alam tidak memerlukan tuhan!!.jika memang ada mengapa tuhan tidak menampakan dirinya dengan nyata dan jelas kepada manusia?, dalil tuhan ada dengan bukti justifikasi wahyu itu tidak memuaskan, jika memang tuhan ada mengapa alam ini tidak di jadikan langsung sempurna, sebagaimana kita lihat alam penuh dengan ketidak seimbangan, bencana banyak menghancurkan dan membinasakan manusia dengan segala isinya, lalu dimana keadilan tuhan, dimana eksisitensi tuhan?, hidup di dunia ini seperti tidak mempunyai tujuan, beribu-ribu anak di lahirkan lalu beberapa waktu  kemudian mati dengan sebab penyakit, busung lapar, dibunuh oleh ibunya dsb, bukankah ini sesuatu yang tidak perlu terjadi?, dan sesuatu yang tidak memiliki arti”.

TRANG....TRUNG......TRANG.....TRUNG....(meminjam istilah bahasa si ambon he.. ).perdebatan berlanjut terjadi sampai jam 2 malam, kesunyian sudah berdesak-desakan  mememenuhi penjuru bumi dan langit, dan sesekali kesunyian itu mengelus-ngelus bulu kuduk kami sehingga berdiri, sang malam pun sudah bersiap-siap untuk tidur dan memakai selimut kegelapanya. Rasa ngantuk sudah memukuli kepala kami dengan bertubi-tubi, sehingga terlihat kepala-kepala para peserta turun naik, ke atas  ke bawah, ke atas ke bawah, sesekali ada yang memutar kepalanya dengan kencang bagaikan ingin mehilangkan sesuatu yang  menempel begitu berat dikepalanya.

Pemateri berkata “Oke....gw jelasin deah bagaimana merasionalisasikan tuhan dengan akal (mm....m...ternyata para hadirin sekalian dia berpura-pura jadi ateis). Kita manusia tidaklah sempurna, karena siapaun  pasti  tidak akan bisa lari dari kematian, itu menunjukan  bahwa manusia itu terbatas, terus apakah sesuatu yang terbatas dapat hidup dengan kekuatan sendiri yang terbatas untuk hidup.??, so dia membutuhkan sosok yang sempurna yang tidak terbatas yaitu yang kita cari malam ini yaitu tuhan. Argumen selanjutnya, gw kasih contoh seorang penjahat atau koruptor kelas kakap dia hidup berpoya-poya dari hasil korupsinya terus mati  tanpa tersentuh hukum, dan ada yang mencuri ayam di gebukin sampai mati oleh masa, maka manusia berfikir keadilan pasti ada, walaupun didunia tidak ada tapi pasti keadilan ada sesudah mereka mati, disini akal membawa manusia untuk percaya pada hari pembalasan dimana keadialan akan ditegakkan.
Gw (penulis) mikir dan berkata dalam hati “waaaaaaaaaaaaaaah, gk beres nih dari berpuluh puluh pertanyaan yang menghancurkan keyakinan (destroying of faith) hanya di jawab dengan sebuah silogisme yang rapuh. Pertanyaan lainnya yang gk dijawab pasti akan menjadi bom waktu bagi para peserta yang disuatu saat akan menggeogoti keyakinannya perlahan tetapi pasti”.
Acarapun  pencucian otak pun beres dilaksanakan, kamipun pulang kembali ke alam-masing-masing (he...memanangnya bangsa jin apa?),  tapi gw gk puas dengan jawaban sang “ateis”  di acara itu, ini baiknya gw melakukan sharing lebih dalam. Maka  kamipun berkumpul disuatu tempat yang disepakati.  

Dan  pertemuan lanjutan pun diadakan, kita langsung bicara panjang lebar tapi gw simpelkan pembicaraanya, “bang..argumen adanya tuhan yg dipakai dulu pas acara, sebenarnaya  bisa  dibantah lagi dengan argumen rasional juga untuk menjadikan tuhan itu tidak ada” sahutku, “wah elo udah berfikir ateis sekarang ya (sambil tersenyum merekah)” sahutnya. Gw menjawab “masalah intinya membuktikan tuhan ada dengan rasional  bisa dibantah lagi dengan rasional  yang menunjukan tuhan itu tidak ada, atau sebaliknya. dan kedua-duanya adalah hasil dari berfilsafat”, si abang “ya akhir dari sebuah petualangan pemikiran dan konfrontasi pemikiran pada akhirnaya akan kembali pada diri,  aliran mana yang mau dipegang”, gw  “ya terserah deh kalo gitu, tapi intinya Argumen Akal Akan Bisa Dihancurkan Kembali Dengan Argumen Akal, disininah manusia berada disimpang jalan ketika akal yang dijadikan tolak ukur kebenaran”.

Gw “ baiknya bang,  para pemateri acara tersebut  lebih memperdalam konsep pembangunan keyakinan  dari pada konsep penghancurannya,  karena konsep penghancuran keyakinan yang lebih banyak dan kuat daripada konsep pembangunannya akan menghsilkan sesuatu yang pincang, apalagi ini masalah keyakinan.” Ci abang” (tersenyum dalam), gw melanjutkan “jika pertanyaan yang dilontarkan untuk menghancurkan keyakinan masih membekas dan secara tidak terasa menjadi firus yang menggerogoti keyakinan, terus dia mati dalam keragu-raguan terhadap apa yang dia yakini  karena hasil dari pola pengkaderan yang tidak seimbang  (argumen penghancuran keyakinan lebih kuat dan lebih banyak dari pada argumen pembangunanya). Siapakah yang berdosa?? Yang telah menumbuhkan benih keragu-raguan dlam hatinya.”
“ha...............ha................(tertawa lepas ci Abang) gw juga pengen tobat  nih banyak dosa, sebenarnya  kalau jadi pemateri itu untuk tema tersebut.”sahut si abang. Gw  berkata dalam hati “ gw gk  tahu apakah dia bene-bener  menyimpan kehawatiran yang sama seperti yang ku rasakan. Karena ini bukan masalah enteng!!!, wahai para pembaca..!!, ini masalah besar...!! ini masalah keimanankan yang bukan untuk dimain-mainkan.
Ketika soal-soal asasi manusia dihadapkan kepada ilmu pengetahuan dan sang ilmu menjawab dengan bungkam, kemudian dihadapkan pada filsafat , dan sang filosof pun menjawab dengan kebisuan, atau menjawab dengan  spekulasi, dugaah, terkaan, sangkaan, dan kiraan, Nah, disini manusia berada disimpang jalan , mau kemanakah dia?. maka serahkanlah soal-soal tersebut kepada sebuah intansi yang lebih berwibawa ketimbang ilmu pengetahuan, dan filsafat di dalam menjawab hal yang sangat asasi, yang dengan demikian lebih menetramkan jiwa yaitu agama!!, agama wahyu. , karena jawabannya mutlaq, bukan sebuah spekulasi  yang berkeliling mencari kebenaran. Agama bukan sebuah metode untuk mencari kebenaran, tapi agama memberi sebuah jawaban tentang kebenaran. Wallahu A’lam Bisowwab.

0 komentar:

Posting Komentar