Haqiqat kepemimpinan
Oleh : misbahuddien
Suhu perpolitikan di kampus ” PUBLISISTIK
THAWALIB “ semakin memanas dari hari ke hari
perlahan tetapi pasti, seiringan dengan akan adanya pemilihan umum untuk
menentukan siapa yang akan menduduki amanah sebagai nahkoda BEM. Sebagai keharusan
dari sebuah estapeta perjuangan untuk
menyongsong thawalib yang lebih baik.
Sebagai
rakyat thawalib yang baik penulis ingin ikut meramaikan dan mensukseskan
pesta tersebut dengan sebuah tulisan yang melihat kepemimpinan dari perpektip
yang lain.
Tidak semua manusia memiliki jabatan atau menyandang status sebagai pemimpin, dan
tidak mungkin semua orang menjadi pemimipin.Namun disisi Allah, setiap manusia
tetaplah seorang pemimpin yang diamanahkan untuk mengelola potensi diri, sumber
daya, waktu dan hidupnya.
Allah swt bahkan sudah mengangkat manusia
sebagai kholifah di bumi, pentingnya kesadaran ini disabdakan Rasullah saw.“
setiap kalian adalah pemimpin , dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.”tetapi
kit a sering lupa nasihat bijak dari baginda rasul kita, kita meredefenisi kepemimpinan adalah memimpin
ribuan, jutaan orang untuk mencapai suatu tujuan.sehingga kita lupa akan
haqiqat diri, bahwa diri ini adlah seorang pemimpin dalam lingkup mikro , dan
semuanya akan diminta pertanggung jawabanya di hari pembalasan.
Kesadaran akan eksistensi diri dan kesadaran akan siapa dirinya yang
sebenarnya, akan membantu dalam proses identifikasi dan pembentukan jati diri.ini pada akhirnya
akan berpengaruh pada pembentukan
karakter ( caracter building) dan
kepribadian, juga pada pola manajemen diri
dan kehidupan. Menuju insan yang bergerak sesuai dengan fitrahnya menuju ke kesempurnaan manusia (insan
kamil).
Mereka yang menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin, maka dalam
pengelolaan dan penetapan tujuan hidup {the
perpose of life} senantiasa
dicanangkan dengan target dan keluhuran jiwa pememimpin . prinsip yang
dibangun , keyakianan yang terpatri, jalan hidup akan pola dan dirancang bagai
seorang pemimpin yang sedang membangun kesuksesan .
Harga diri dan kepercayaan dirinya akan dibentuk
semua dan sekuat karakter pemeimpin, para meter hidupnya akan diukur dengan
kepribadian dan pola kehidupan seorang
pemimpin sejati (the great leadersip), hasilnya tata nilai, kualitas, dan
prestasi dari waktu, amalan, pekerjaan, serta hidupnya, akan lebih tinggi dan
lebih mulia dari pada yang tidak menyadarinya sebagai pemimpin.
Penyadaran akan kepemimpinan diri sudah di gelorakan para sahabat dan ulama salaf,
imam safi’i dalam syairnya, “cita-citaku adalah cita-cita seorang raja (pemimpin),
jiwaku adalah jiwa merdeka yang sangat benci terhadap kehinaan.”Umar bin khatab pun memohon dalam doanya,” ya Allah, jadikanlah kami termasuk
para pemimpin yang bertaqwa.”
Bila kesadaran ini terbentuk, maka manusia
akan membina diri agar kapasitas dan kapabilitas nya memenuhi spesifikasi seorang pemimpin.mereka akan memenuhinya
dengan kesadaran, pemahaman, dan keseriusan yang kuat, mendidik dan membekali
diri dengan wahyu ilahi, ilmu yang
luas dan jasad yang kuat.
Proses kepemimmpinan pada diri akan terlihat dari pengarahan, pengelolaan, dan
pengendalian potensi dan sumber daya
yang dimiliki.apabila didayagunakan untuk menaati allah swt, itulah jiwa pemimpin
sejati, karena sukses mempertanggung jawabkan amanah kepercayaan itu .
Namun bila diberikan kepada syahwat,
setan, dan orientasi dunia, atau kepentingan
pribadi yang mengiginkan sesuatu dari kepemimpinannya.so....dirinya telah
menjadi budak . Karena bukan dirinya yang
memnendalikan . Allah swt memberi nasihat kepada kita selaku manusia Ulul albab “ sesungguhnya kekuasaannya (setan)
hanyalah bagi orang-orang yang
mengambilnya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang yang memprsekutukan Allah dengannya.”
(QS.An-Nahal : 100).so...kepemimpinan harus diniatkan karena Allah
(walaupun itu sulit), dan ditujukan untuk mencapai keridhoaan Allah semata.
So...........marilah kita sama-sama membentuk diri kita ( self building) menjadi insan yang lebih baik dari sebelunya.
Dan menyeleksi pemimipin dengan sangat cermat untuk menuju ” BEM THAWALIB “ yang
lebih baik. wallahu a’lam bishowwab
“dengan menjadikan diri ini budak di
depan sang kholik , maka diri ini akan menjadi diri yang merdeka.....(sang filosof ciliek )”.
0 komentar:
Posting Komentar