Sabtu, 24 Maret 2012

Haqiqat kepemimpinan



Haqiqat  kepemimpinan
Oleh : misbahuddien

Suhu perpolitikan di kampus ” PUBLISISTIK THAWALIB “ semakin memanas dari hari ke hari  perlahan tetapi pasti, seiringan dengan akan adanya pemilihan umum  untuk  menentukan siapa yang akan  menduduki  amanah sebagai nahkoda BEM. Sebagai keharusan dari sebuah estapeta perjuangan  untuk menyongsong  thawalib yang lebih baik.

Sebagai  rakyat thawalib yang baik penulis ingin ikut meramaikan dan mensukseskan pesta tersebut dengan sebuah tulisan yang melihat kepemimpinan dari perpektip yang lain.

Tidak semua manusia memiliki jabatan  atau menyandang status sebagai pemimpin, dan tidak mungkin semua orang menjadi pemimipin.Namun disisi Allah, setiap manusia tetaplah seorang pemimpin yang diamanahkan untuk mengelola potensi diri, sumber daya, waktu dan hidupnya.

Allah swt bahkan sudah mengangkat manusia sebagai kholifah di bumi, pentingnya kesadaran ini disabdakan Rasullah saw.“ setiap kalian adalah pemimpin , dan setiap pemimpin akan dimintai  pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.”tetapi kit a sering lupa nasihat bijak dari baginda rasul kita,  kita meredefenisi kepemimpinan adalah memimpin ribuan, jutaan orang untuk mencapai suatu tujuan.sehingga kita lupa akan haqiqat diri, bahwa diri ini adlah seorang pemimpin dalam lingkup mikro , dan semuanya akan diminta pertanggung jawabanya di hari pembalasan.

Kesadaran akan eksistensi diri  dan kesadaran akan siapa dirinya yang sebenarnya, akan membantu dalam proses identifikasi  dan pembentukan jati diri.ini pada akhirnya akan berpengaruh  pada pembentukan karakter ( caracter building)  dan kepribadian, juga pada pola manajemen diri  dan kehidupan. Menuju insan yang bergerak sesuai dengan  fitrahnya menuju ke kesempurnaan manusia (insan kamil).

Mereka yang menyadari  bahwa dirinya adalah pemimpin, maka dalam pengelolaan  dan penetapan tujuan hidup {the perpose of life}  senantiasa dicanangkan  dengan target  dan keluhuran jiwa pememimpin . prinsip yang dibangun , keyakianan yang terpatri, jalan hidup akan pola dan dirancang bagai seorang pemimpin yang sedang membangun kesuksesan .

Harga diri dan kepercayaan dirinya akan dibentuk semua dan sekuat karakter pemeimpin, para meter hidupnya akan diukur dengan kepribadian  dan pola kehidupan seorang pemimpin sejati (the great leadersip), hasilnya tata nilai, kualitas, dan prestasi dari waktu, amalan, pekerjaan, serta hidupnya, akan lebih tinggi dan lebih mulia dari pada yang tidak menyadarinya sebagai pemimpin.

Penyadaran akan kepemimpinan diri  sudah  di gelorakan para sahabat dan ulama salaf, imam safi’i dalam syairnya, “cita-citaku adalah cita-cita seorang raja (pemimpin), jiwaku adalah jiwa merdeka yang sangat benci terhadap kehinaan.Umar bin khatab pun memohon dalam doanya,” ya Allah, jadikanlah kami termasuk para pemimpin  yang bertaqwa.”

Bila kesadaran ini terbentuk, maka manusia akan membina diri agar kapasitas dan kapabilitas nya memenuhi spesifikasi  seorang pemimpin.mereka akan memenuhinya dengan kesadaran, pemahaman, dan keseriusan yang kuat, mendidik dan membekali diri  dengan wahyu ilahi, ilmu yang luas  dan jasad yang kuat.

Proses kepemimmpinan pada diri akan terlihat  dari pengarahan, pengelolaan, dan pengendalian potensi  dan sumber daya yang dimiliki.apabila didayagunakan  untuk menaati allah swt, itulah jiwa pemimpin sejati, karena sukses mempertanggung jawabkan amanah kepercayaan itu .

Namun bila diberikan kepada syahwat, setan,  dan orientasi dunia, atau kepentingan pribadi yang mengiginkan sesuatu dari kepemimpinannya.so....dirinya telah menjadi budak . Karena bukan dirinya  yang memnendalikan . Allah swt memberi nasihat kepada kita selaku  manusia Ulul albab “ sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah bagi orang-orang  yang mengambilnya sebagai pemimpin dan atas orang-orang  yang yang memprsekutukan Allah dengannya.” (QS.An-Nahal : 100).so...kepemimpinan harus diniatkan karena Allah (walaupun itu sulit), dan ditujukan untuk mencapai keridhoaan Allah semata.

So...........marilah kita  sama-sama membentuk diri kita  ( self building)  menjadi insan yang lebih baik dari sebelunya. Dan menyeleksi  pemimipin  dengan sangat cermat  untuk menuju ” BEM THAWALIB “ yang lebih baik. wallahu a’lam bishowwab
       
“dengan menjadikan diri ini budak di depan sang kholik , maka diri ini akan menjadi diri yang merdeka.....(sang  filosof ciliek )”.


0 komentar:

Posting Komentar