Sabtu, 24 Maret 2012

Islamisasi sains



Islamisasi sains
Oleh : misbahuddin

                Mengetahui  esensi dan subtansi  dari  “ islamisai sains” hal sang sangat pundamental sekali menurut  perfektip penulis untuk para mahasiswa kependidikan islam  ( KI ), coz mereka akan  bercumbu rayu dengan anak-anak generasi bangsa , mentarbiyyah mereka, membing-bing mereka  mereka , so.... disana ada proses pembinaan mental ( caracter building ), maka dalam proses tarbiyyah tadi harus di adakan islamisai sains secara sistematis  yang di internalisasikan pada anak didik sebagai pembentukan diri menuju kepada ketahudin yang kokoh ( the strong  faith ) , semakin mereka memperdalam sains atau teknologi mereka akan semakin dalam mengenal rabb mereka, tidak sebaliknya mereka semakin menjauh dari rabb mereka, karena menggali dan mempelajari sains dengan pola konsep pendidikan berdasarkan sistem berfikir ( framework  ) dan sudut pandang ( worldfew ) barat yang sekuler.

Kata “ islamisai sains”  sudah pernah nyaring menggema di indonesia pada era 1980-an, tapi redup sejalan dengan ketidak jelasan konsep dan pengembangannya,. Bahkan sering timbul kesalaha  pahaman. Apa sebenarnya” islamisai sains” itu ?.

Secara umum ,ada lima arus utama wacana islamisai sains,  pertama , islamiasasi sains dengan pendekatan instrumentalistik, yaitu pandangan  yang menganggap ilmu  atau sains hanya sebagai alat ( instrumen ), artinya, sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai tujuan, tidak memperdulikan sipat dari sains tersebut selama ia bermampaat bagi pemiliknya.

Pendekatan ini muncul  dengan asumsi bahwa barat maju dan dapat menguasi dan menghegemoni  wilayah islam dengan kekutan sains dan teknologinya. Coz untuk mengimbangi barat, kaum muslim harus mengusai sains dan teknologi. So ... islamisasi disini  bagaimana  umat islam dapat mengusai  kemajuan yang  telah dikuasi barat.

Kedua, isalmisai dengan konsep  justifikasi , artinya, penemuan ilmu modern, terutama di bibidang ilmu-ilmu alam diberikan justifikasi  (pembenaran) melalui ayat al-qur’an dan al-hadist. Metodologinya adalah dengan cara mengukur kebenaran  Al-Qur’an dengan  fakta-fakta objektip dalam sains modern.Tokoh yang populer mengembangan metode ini adalah Maurice bucaille,Harun yahya, Zaghlul An-Najjar,Afjalur rahman dll.

Ketiga, islamisasi  sains  dengan pendekatan sakralisasi. Ide ini dikembangkan oleh seyyed hossein nasr. Baginya sains modern  yang sekarang ini bersipat sekuler dan jauh dari nilai-nilai spritual  sehingga perlu di lakukan sakralisasi. Tapi metode pendekatan (approach metode) nasr ini kalau di selidki lebih dalam  maka kita akan melihat bahwa konsep ini (sakralisasi sains)  dibangun atas dasar konsep semua agama sama pada level esoterisnya (batin), yang seharusnya islamisasi sains dibangun dan dikembangkan di atas kebenaran islam. Sains sakral menafikan keunikan islam karena menurutnya keunikan adalah milik semua agama, maka metode sakralisasi ini akan  tepat sebagai konsep islamisasi sains jika  nilai dan unsur  kesakralanya  didasarkan pada  nilai-nilai islam yang haq.

Keempat, islamisasi sains melalui proses integrasi, yaitu, mengintegrasikan sains barat dengan ilmu-ilmu islam. Ide ini dikemukakan oleh imail Al-faruqi.menurutnya, akar dari kemundururan umat islam dibebagai dimensi karena dualisme sistem pendidikan.disatu sisi, sistem pendidikan  islammengalami penyempitan makna dalam berbagai dimensi, sedangkan disisi lain, pendidikan sekuler sangat mewarnai pemikiran kaum muslimin.

Al-faruqi menyimpulkan  sistem pendidikan harus dibenahi dan dualisme pendidikan harus dihapuskan dan  menyatukan nya dalam bingkai ketauhidan yang bersipat integral  dari paradigmanya. Al-Faruqi menjelaskan  pengertian islamisasi sains  sebagai usaha yaitu, “memberikan definisi baru, mengatur data-data mengevaluasi data-data ,  memikirkan lagi jalan pemikiran dan menghubungkan data-data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan kembali tujuan-tujuan  dan melakukan semua itu sehingga disiplin-disiplin itu memperkaya  shaqofah (wawasan ) islam, dad bermampaat bagi cita-cita islam”.

Kelima, konsep islamisasi sains yang paling mendasar  dan menyentuh akar permasalahan sains adalah islamisasi yang berlandaskan paradigma islam. Ide ini pertama kali di sampaikan oleh syed muhammad naquib  Al-attas. Menurutnya tangtangan terbesar yang dihadapi kaum muslimin  adalah ilmu pengetahuan modern yang tidak netral telah merasuk kedalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis  yang berasal dari repleksi  kesadaran dan  pengalaman manusia barat. So.... islamisasi sains harus dimulai dengan membongkar  sumber kerusakan ilmu. Ilmu-ilmu modern harus diperiksa ulang dengan teliti.al-Attas mengartikan islamisasi sains sebagai “pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan islam) dan dari belenggu sekuler terhadap pemikiran dan bahasa,juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cendrung sekuler  dan tidak adil tarhadaphaqiqat diri atau jiwannya............islamisasi adalah proses menuju bentuk asalnya ..”   ( islam dan sekularisme  2010 )

So.....islamisasi ada dua tahap yang dilakukan dengan sistematis , pertama ,ialah, melakuakan proses pemisahan  elemen-elemen dan konsep-konsep yang pundamental yang membentuk budaya dan pedaban barat (west civilization).kedua,ialah, memasuakan unsur-unsur  yang pundamental dari esensi islam kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan.

Konsep-konsep diatas  adalah tugas suci para ilmuan muslim kita dan para guru-guru kita yang bergelut dalam  spesifik itu.  mungkin agak sulit apabila  direplesikan untuk waktu sekarang ini oleh mahasiswa-mahasiswa “Fublisistik Thawalib”, khususnya anak-anak kependidikan islam (KI) yang bergelut di dunia pendidikan. tetapi ada metode sederhana  (simple approach ) yang penulis tawarkan, yaitu “islamisasi” dengan  menyisipkan secara halus esensi-esensi ajaran islam pada segala pembahasan-pembahasan mata pelajaran  yang di berikan pada anak didik ketika proses  pelajaran berlangsung. So...mata pelajaran yang  tadinya netral  ( value-free ) bahkan sekuler, bisa diislamisasikan dengan menumbuhkan didalamnya idiologi islam yang di barengengi  dengan study comparatif yang akan menjadikan anak didik luas dalam pengetahuan mereka, dengan tidak meninggalkan hal yang sangat fundamental yaitu “keregiliusan” dalam memandang sesuatu..  Wallhu A’lam bishowwab.


0 komentar:

Posting Komentar