REKONTRUKSI JIWA UNTUK
SEBUAH PERUBAHAN
OLEH : MISBAHUDDIN
Di alam ini, segala hal berubah dan tidak ada yang
tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Pada masa kita sekarang,
perubahan berjalan sangat cepat, bahkan dashat dan dramatis. Kita semua, tidak
bisa tidak, berjalan bersama atau seirirng dengan perubahan itu. Tidak
berlebihan bila Alan Destshman pernah menulis buku untuk mengingatkan kita
semua dengan judul agak ektrem, “change
or die “ ( berubah atau mati).
Perubahan pada haqiqiatnya adalah ketetapan Allah
(sunnatullah) yang berlangsung konstan, tidak pernah berubah, serta tidak bisa
dilawan sebagai bukti dari wujud dan kuasanya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali-Imran : 190-191).
Namun perubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan
menuju kemajuan, tidak datang dari langit
(given) atau datang secara Cuma-Cuma (taken for granted). Perubahan diri
menjadi lebih baik tidak akan terwujud hanya denga sebuah retorika yang membius
para manusia.
Perubahan harus dimulai dari diri kita, dengan
melakukan sebuah tindakan nyata ke arah metamorfosis diri menjadi lebih baik
dengan sebuah tekad aku berubah karena Allah, Aku harus meningkatkan diri dari
hari kehari karena aku adalah pemimpin bagi diriku sendiri “I’AM LEADER”, AKU ADALAH KHOLIFAH
di muka bumi ini. So kita harus tanamkan
dalam jiwa bahwa “Allah swt tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu
sendiri mengubah dirir mereka sendiri”, (QS. Ar-Rad : 13).
Untuk mencapai kemajuan, setiap harus merencanakan
perubahan, dan perubahan itu harus datang dan mulai dari diri sendiri sendiri.
Perubahan sejatinya tidak dapat dipaksakan dari luar, tetapi merupakan revolusi
kesadaran yang lahir dari dalam (inheren awarenees). Itu sebabnya,
kepada orang yang bertanya soal hijrah
dan jihad, nabi berpesan. “ ibda binafsih, faghzuha” (mulailah dari
dirimu sendiri, lalu berperanglah.!). (HR al-Thayalisi dari abdulah ibnu umar).
Perubahan dari dalam dan dari diri sendiri,
seperti diharapkan nabi SAW dalam riwayat diatas, merupakan pangkal segala
perubahan dan sekaligus merupakan kepemimpinan dalam arti yang sebenarnya. Hakikat
kepemimpinan adalah kepemimpinanan atas diri sendiri. Dikatakan demikian,
karena seorang tidak mungkin memimpin dan mengubah orang lain, bila ia tak
sanggup memimpin dan mengubah dirinya
sendiri sebagaimana ahli hikmah mengatakan : “lead your self before lead
another”.
Perubahan dalam diri manusia dimulai dari perubahan cara pandang atau
perubahan paradigma pikir (mindset). Sebagai mana Marcus Aurelius
mengatakan “ the happiness of your life depends upon the quality of your
thoughts” (kebahagiaan hidup anda bergantung pada kualitas
pikiran-pikiran anda).
Manusia tidak mungkin mengubah hidupnnya, bila
mana ia tidak mampu mengubah paradigma pikirnya, karena itu kita disuruh
mengubah pikiran kita agar dapat mengubah hidup kita . sebagaimana perkataan
seorang aktivis “constanly through thought you are creating your inner
conditions and helping to create the conditions around you. So keep your
thoughts on the positive side, think
about the best that could happen, think about good things you want to happen.
(melalui pikiran anda menciptakan kondisi-kondisi dalam anda yang membantu
menciptakan kondisi-kondisi sekitar anda. Jadi tetaplah terus menempatkan
pikiran-pikiran anda disisi positif, pikirkanlah hal terbaik yang bisa terjadi,
pikirkan hal-hal baik yang anda inginkan terjadi. -Peace Pilgrim-)
Selanjutnya, perubahan paradigma harus disertai
dengan perubahan dalam pengusahaan ilmu dan keterampilan. Perubahan yang satu
ini memerlukan pembelajaran dan pembiasaan (learning habits) yang perlu
terus diasah, bertindaklah untuk
membentuk kebiasaan dan selanjutnya kebiasaan yang akan membentuk anda.
Sebuah pepatah menarik mengatakan “ taburkanlah
ide maka petiklah perbuatan, taburkanlah perbuatan maka petiklah sebuah
kebiasaan, taburkanlah kebiasaan maka petiklah sebuah karakter”, orang yang
berhasil adalah orang yang memiliki kebiasaan kebiasaan yang yang positif di
dalam kehidupannya.
Rasululoh sang revolusiner sejati yang mampu mengubah mindset-mindset orang
qurais yang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang jelek, membunuh anak-anak wanita,
minum khamar, mengdiskriditkan kaum hawa. Dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek
lainnya, beliau mengubah kaum tersebut menjadi manusia yang mempunyai peradaban
yang tinggi, tujuan hidup mereka bukan lagi berpoya-poya dengan segala asesoris
dunia tapi kini tujuan hidup mereka begitu tinggi. yaitu hidup untuk mengabdi
kepada Allah.
Kesadaran tertniggi bahwa hidup kita harus diniat
kan untuk Allah, mempunyai paradigma hidup bahwa sesuatu perbuatan tidak akan
begitu bermampaat apabila bukan di tujukan kepada Allah, kesadaran tersebut
akan membawa kita pada hidup yang berkualitas insallah, karena manusia yang
menyandarkan diri bahwa hidup dan kehidupannya harus diniatkan kearena Allah
akan memilki semangat yang berkobar yang di balut dengan ketenangan jiwa yang
tiada tara. Mampu mengarungi samudra hidup dan kehidupan dengan begitu mantap,
tidak ada yang ditakuti kecuali Allah,
Sahabat Rasulullah adalah contoh pribadi-pribadi
yang unggul. Berkualitas dalam gagasan, berkualitas dalam perkataan, dan
tentunya berkualitas dalam perbuataan mereka, subhanallah. Mari kita memompa
diri kita untuk lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari sebagimana para
sahabat Rasulullah yang selalu merefress jiwa mereka agar selalu ada dalam
semangat untuk memberikan yang terbaik untuk kehidupan.
Akhirnya, perubahan diri itu, menurut perfectif
Imam al-Ghozali, membutuhkan tindakan
nyata. Ilmu hanya menjadi kekuatan jika ia benar-benar dikelola menjadi program
dan tindakan nyata yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Pada tahap
ini, tindakan menjadi faktor pamungkas dan menjadi satu kekuatan yang akan bisa
mengubah cita-cita menjadi ralita, karena beribu-ribu konsep tidak akan merubah dunia atau diri sekalipun
bila tidak ada tindakan untuk mengaflikasikanya dalam sebuah tindakan. Satu
langkah tindakan lebih berarti dari pada
seribu konsep, dan berfikir sebelum bertindak itu lebih baik dari pada
bertindak tanpa pertimbangakan. Wallahu
a’lam bishowab.
“Yuuu……ah menjadikan diri lebih baik
dan lebih bermampaat, semanngaaaaaaaaaaat…!!!”
0 komentar:
Posting Komentar