Sabtu, 24 Maret 2012

REKONTRUKSI JIWA UNTUK SEBUAH PERUBAHAN




REKONTRUKSI JIWA UNTUK SEBUAH PERUBAHAN
OLEH : MISBAHUDDIN



Di alam ini, segala hal berubah dan tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Pada masa kita sekarang, perubahan berjalan sangat cepat, bahkan dashat dan dramatis. Kita semua, tidak bisa tidak, berjalan bersama atau seirirng dengan perubahan itu. Tidak berlebihan bila Alan Destshman pernah menulis buku untuk mengingatkan kita semua  dengan judul agak ektrem, “change or die “ ( berubah atau mati).

Perubahan pada haqiqiatnya adalah ketetapan Allah (sunnatullah) yang berlangsung konstan, tidak pernah berubah, serta tidak bisa dilawan sebagai bukti dari wujud dan kuasanya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.  (Ali-Imran : 190-191).

Namun perubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan menuju kemajuan, tidak datang dari langit  (given) atau datang secara Cuma-Cuma (taken for granted). Perubahan diri menjadi lebih baik tidak akan terwujud hanya denga sebuah retorika yang membius para manusia.

Perubahan harus dimulai dari diri kita, dengan melakukan sebuah tindakan nyata ke arah metamorfosis diri menjadi lebih baik dengan sebuah tekad aku berubah karena Allah, Aku harus meningkatkan diri dari hari kehari karena aku adalah pemimpin bagi diriku sendiri  “I’AM LEADER”, AKU ADALAH KHOLIFAH di muka bumi ini.  So kita harus tanamkan dalam jiwa bahwa “Allah swt tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah dirir mereka sendiri”, (QS. Ar-Rad : 13).

Untuk mencapai kemajuan, setiap harus merencanakan perubahan, dan perubahan itu harus datang dan mulai dari diri sendiri sendiri. Perubahan sejatinya tidak dapat dipaksakan dari luar, tetapi merupakan revolusi kesadaran yang lahir dari dalam (inheren awarenees). Itu sebabnya, kepada orang yang bertanya soal hijrah  dan jihad, nabi berpesan. “ ibda binafsih, faghzuha” (mulailah dari dirimu sendiri, lalu berperanglah.!). (HR al-Thayalisi dari abdulah ibnu umar).

Perubahan dari dalam dan dari diri sendiri, seperti diharapkan nabi SAW dalam riwayat diatas, merupakan pangkal segala perubahan dan sekaligus merupakan kepemimpinan dalam arti yang sebenarnya. Hakikat kepemimpinan adalah kepemimpinanan atas diri sendiri. Dikatakan demikian, karena seorang tidak mungkin memimpin dan mengubah orang lain, bila ia tak sanggup memimpin  dan mengubah dirinya sendiri sebagaimana ahli hikmah mengatakan : “lead your self before lead another”.

Perubahan dalam diri manusia  dimulai dari perubahan cara pandang atau perubahan paradigma pikir (mindset). Sebagai mana Marcus Aurelius mengatakan “ the happiness of your life depends upon the quality of your thoughts” (kebahagiaan hidup anda bergantung pada kualitas pikiran-pikiran anda).

Manusia tidak mungkin mengubah hidupnnya, bila mana ia tidak mampu mengubah paradigma pikirnya, karena itu kita disuruh mengubah pikiran kita agar dapat mengubah hidup kita . sebagaimana perkataan seorang aktivis “constanly through thought you are creating your inner conditions and helping to create the conditions around you. So keep your thoughts on the positive  side, think about the best that could happen, think about good things you want to happen. (melalui pikiran anda menciptakan kondisi-kondisi dalam anda yang membantu menciptakan kondisi-kondisi sekitar anda. Jadi tetaplah terus menempatkan pikiran-pikiran anda disisi positif, pikirkanlah hal terbaik yang bisa terjadi, pikirkan hal-hal baik yang anda inginkan terjadi. -Peace Pilgrim-)

Selanjutnya, perubahan paradigma harus disertai dengan perubahan dalam pengusahaan ilmu dan keterampilan. Perubahan yang satu ini memerlukan pembelajaran dan pembiasaan (learning habits) yang perlu terus diasah,  bertindaklah untuk membentuk kebiasaan dan selanjutnya kebiasaan yang akan membentuk anda.

Sebuah pepatah menarik mengatakan “ taburkanlah ide maka petiklah perbuatan, taburkanlah perbuatan maka petiklah sebuah kebiasaan, taburkanlah kebiasaan maka petiklah sebuah karakter”, orang yang berhasil adalah orang yang memiliki kebiasaan kebiasaan yang yang positif di dalam kehidupannya.

Rasululoh sang revolusiner sejati  yang mampu mengubah mindset-mindset orang qurais yang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang jelek, membunuh anak-anak wanita, minum khamar, mengdiskriditkan kaum hawa. Dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek lainnya, beliau mengubah kaum tersebut menjadi manusia yang mempunyai peradaban yang tinggi, tujuan hidup mereka bukan lagi berpoya-poya dengan segala asesoris dunia tapi kini tujuan hidup mereka begitu tinggi. yaitu hidup untuk mengabdi kepada Allah.

Kesadaran tertniggi bahwa hidup kita harus diniat kan untuk Allah, mempunyai paradigma hidup bahwa sesuatu perbuatan tidak akan begitu bermampaat apabila bukan di tujukan kepada Allah, kesadaran tersebut akan membawa kita pada hidup yang berkualitas insallah, karena manusia yang menyandarkan diri bahwa hidup dan kehidupannya harus diniatkan kearena Allah akan memilki semangat yang berkobar yang di balut dengan ketenangan jiwa yang tiada tara. Mampu mengarungi samudra hidup dan kehidupan dengan begitu mantap, tidak ada yang ditakuti kecuali Allah,

Sahabat Rasulullah adalah contoh pribadi-pribadi yang unggul. Berkualitas dalam gagasan, berkualitas dalam perkataan, dan tentunya berkualitas dalam perbuataan mereka, subhanallah. Mari kita memompa diri kita untuk lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari sebagimana para sahabat Rasulullah yang selalu merefress jiwa mereka agar selalu ada dalam semangat untuk memberikan yang terbaik untuk kehidupan.

Akhirnya, perubahan diri itu, menurut perfectif Imam  al-Ghozali, membutuhkan tindakan nyata. Ilmu hanya menjadi kekuatan jika ia benar-benar dikelola menjadi program dan tindakan nyata yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Pada tahap ini, tindakan menjadi faktor pamungkas dan menjadi satu kekuatan yang akan bisa mengubah cita-cita menjadi ralita, karena beribu-ribu konsep  tidak akan merubah dunia atau diri sekalipun bila tidak ada tindakan untuk mengaflikasikanya dalam sebuah tindakan. Satu langkah tindakan  lebih berarti dari pada seribu konsep, dan berfikir sebelum bertindak itu lebih baik dari pada bertindak tanpa  pertimbangakan. Wallahu a’lam bishowab.

“Yuuu……ah menjadikan diri lebih baik dan lebih bermampaat, semanngaaaaaaaaaaat…!!!”

0 komentar:

Posting Komentar