Mengukur
keimanan
Bisakah keimanan kita diukur?. Tentu
bisa donk!. Kualitas keimanan kita bisa diukur oleh diri kita dengan cara
mengintropeksi diri atau muhasabah. Setelah melakukan “ kontemplasi “ kita akan
mengetahui kualitas keimanan kita, kualitas keimanan tidak bisa dinilai dengan
penampilan yang tampak dari seoarng manusia. Tetapi salah juga yang mengatakan
keimanan itu dihati tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang nampak dari diri
manusia. Karena iman adalah perbuatan hati dan perbuatan amal.
Qoidah para ulama mengatakan tentang
konsep keimanan yang benar, iman adalah, “ ucapan
hati dan ucapan lisan, perbuatan hati dan perbuatan anggota badan “.
Jadi iman adalah pembenaran hati yang sekaligus diikuti dengan pembenaran
anggota badan untuk melakukan hal benar itu.
Karena ISlam ini ada aturan yang harus dibenarkan dan diamalkan oleh
hati, ada yang harus dibenarkan dan diamalkan oleh anggota badan, seperti
perintah sholat, zakat, menutup aurat dan yang lainnya yang bersifat aturan
fisik.
Kemalasan kita melaksankan sholat,
merupakan pertanda kualitas keimanan kita. Ketika kita beramal kebaikan karena
ingin dipuja dan dipuji manusia. Maka itu adalah sebuah gambaran keimanan kita
yang belum 100 %. Karena dalam hati kita
masih menyisakan tempat untuk sesuatu selain allah.
Sungguh indah hidup ini, jika yang
menjadi tujuan aktivitas kita semua dipersembahkan untuk Allah semata. Saya
yakin jika kehidupan kita didasarkan karena Allah dan untuk Allah semata, maka
hal itu yang akan memberikan sebuah “ cita rasa “ kehidupan yang begitu nikmat.
Seperti Syekh Ibnu Taimiyyah, ketika beliau didholimi, dimasukan ke penjara,
tetapi, beliau tetap merasakan kedaiman dan kenikmatan hidup. “ biarlah jasad ini kalian penjara, tetapi kalian tidak
bisa memenjarakan jiwa untuk mencicipi nikmatnya syurga yang ada dalam hatiku”.
Kira-kira seperti itu ungkapan Ibnu Taimiyyah ketika dimasukan ke penjara.
Perkataan yang begitu luar biasa
yang menghentakan jiwa ini untuk senantiasa melek dan terbangaun. Hati yang
selalu dekat dengan Allah pasti akan selalu damai dan mendamaikan, hati yang
akan tenang dan menenangkan. Hati yang bersih akan membersihkan hati-hati yang
kotor. Mudah-mudahan hati kita bisa seperti itu. Sungguh maha benar Allah
dengan segala firmannya.
“ sungguh beruntung manusia yang mensucikan jiwanya, dan sungguh
rugi manusia yang mengotorinya “ _as-syam
: 9-10 _
Kebersihan jiwa adalah penentu
kebahagiaan hidup, ketenangan hidup. Karena jiwa yang bersih akan diisi dengan
hikmah-hikmah ilahiyah, kata-kata yang dikeluarkan dari jiwa yang bersih penuh
dengan makna, penuh dengan hikmah kedamaian. Seperti para sahabat Rasulullah,
jika kita amati kehidupan para sahabat Rasulullah mereka begitu menikmati
keimanan dan keislamam itu. Contoh kecil Sayyidina Ali ketika tertusuk panah \
dikakkinya. Lalu salah satu sahabat ingin mencabut anak panah itu. Apa yang
dilakukan ali?. Ali sholat dengan khusu’ dan sahabat tadi mencabut panah itu.
Dan sungguh luar biasa kenikmatan sholat mengalahkan rasa sakit ketika panah
itu dicabut dari kakinya. Sungguh gambaran dari manisnya keimanan. Manisnya
kehidupan jika hati ini full 100% cinta kepada allah. Allahu akbar !!!, kita
masih jauh kawan, kita masih jauh dari “ thobaqot “ / tingkatan manusia-mansuia
seperti itu.
KITA SANG MUNAPIQ ??
Sudah benarkah islam kita? sudah
benarkan keislaman kita?. Mari merenung sejenak di sepinya malam agar kita bisa
melihat diri kita apa adanya. melihat menengok keimanan kita, menengok keislaman
kita. kenapa kita harus menengok keimanan dan keislaman kita??. karena kehidupan kita ini akan diminta
pertanggung jawabanya oleh Allah. bukankah kita mengetahui bahwa tujuan dari
diciptakanya manusia dan jin adalah untuk beribadah kepadanya.
Kehidupan ini ibarat ladang, tempat
bercocok tanam, jika kita menebar benih-beinh kebaikan insallah di Akhirat
kelak benih kebaikan itu berbuah pahala syurga, jika benih kebaikan itu ditebar
karena mengharap keridhoaannya.
Islam murni dan islam keturunan.
kita islam karena pilihan hidup kita??, atau kita islam karena orang tua kita
Islam. yang mengetahui jawaban adalah diri kita sendiri. kita menyisihkan waktu untuk Allah berapa
menitkah dari 24 jam sehari ini. sholat lima waktu berapa menitkah kita
menunaikannya, menelaah Al-Qur’an berapa menitkah kita meyediakan waktu. Sholat
Tahajud sebagai manivestasi kerinduan dan kecintaan kepada Allah, berapa kali
kita tahajud dalam seminggu. wow ... itulah KITA
KAWAN !!. bandingkan dengan aktivitas kita yang lainya. bekerja. ngerumpi,
makan dan lain sebagainya. woh ... begitu amat jauh berbeda. waktu untuk dunia
dan sendau gurau lebih banyak dari pada waktu untuk “ bercinta “ dengan Allah,
baik dengan Sholat Tahajud, menela’ah Al-Qur’an, dzikir dan amal-amal yang
lainnya. jika kita tidak meyibukan diri dengan kebaikan, maka hal-hal yang
sia-sia akan meyibukan kita.
Menyibak Tabir Ilahi
Sungguh indah, sebuah status FB dari
kyai Abdullah Gimantiar, saya kutif untuk memberikan setruman kedasar jiwa kita
yang sedang tertidur dan terlalaikan oleh dunia dan pernak perniknya.
“»
Penyebab Sulit Dekat dengan Alloh «
Adalah sibuknya
mencari kedudukan di hati manusia
Semakin ingin dipuji,
Semakin ingin dipuji,
Ingin diakui kemampuannya,
Ingin diketahui keluasan ilmunya
Ingin dikagumi "kelebihan-kelebihan"nya
Ingin dianggap sebagai orang yg sabar dan tabah
Ingin diakui dan dihargai sebagai orang yg berjasa,
Da lain-lain..
Semakin kuat keinginan kita untuk berkedudukan di hati makhluk, berarti kita tak peduli dengan kedudukan di sisi Alloh
Ingin diketahui keluasan ilmunya
Ingin dikagumi "kelebihan-kelebihan"nya
Ingin dianggap sebagai orang yg sabar dan tabah
Ingin diakui dan dihargai sebagai orang yg berjasa,
Da lain-lain..
Semakin kuat keinginan kita untuk berkedudukan di hati makhluk, berarti kita tak peduli dengan kedudukan di sisi Alloh
Padahal kecukupan, kebahagiaan
dan kemuliaan hanya akan ada bagi orang yang berkedudukan
di sisi-Nya,
Dia-lah satu-satunya penguasa segala karunia,
amat mudah bagi-Nya mengangkat dan memberi kedudukan di hati makhluk, namun
semua itu adlah urusan-Nya bukan urusan kita
Urusan kita adalah fokus hanya mencari ridho-Nya dari sekecil apapun yang kita lakukan
Hasbunalloh wani'mal wakiil ni'mal maulaa wa ni'mannashiir
Urusan kita adalah fokus hanya mencari ridho-Nya dari sekecil apapun yang kita lakukan
Hasbunalloh wani'mal wakiil ni'mal maulaa wa ni'mannashiir
Sebaik-baiknya
perkataan adalah perkataan yang mendekatkan kita kepada Allah, dan
seburuk-buruknya perkataan adalah perkataan yang melalaikan diri dari mengingat
Allah. jika hati kita bersih pastilah
cahaya ilahi menyinari hati kita, tetapi jika hati kita kotor dan begitu tebal
dari debu-debu kemaksiatan, kelalain. maka akan kah hati itu merasakan
kedamaian dan ketenangan hidup??. kedamaian dan kebahagiaan yang abadi adalah
kebahagiaan yang disandarkan kepada Allah semata. hati yang memilki prinsip
hidup “ Allahu Ghoyatuna “. Allah tujuan kami. MANTAP !!. semoga kita bisa.
Mudah-mudahan
Tulisan ini bermampaat untuk diriku dan untuk dirimu kawan ^_^
0 komentar:
Posting Komentar