Jumat, 12 Oktober 2012

Jiwa dan Manusia....


Jiwa dan Manusia....


Jiwa manusia bisa menjadi seperti malaikat yang penuh dengan sinar keta’atan, begitu menikmati hidup dalam ketundukan kepada sang pencipta. Setiap hembusan nafas dipenuhi dengan dzikir-dzikir yang secara perlahan-lahan menjadi musyahadah dan mukasafat. Tetapi jiwa manusia pun bisa menjadi seperti binatang buas, bahkan lebih buas daripada binatang. Paradigma berfikirlah  menentukan apakah Jiwa ini,  jiwa yang bersih suci atau jiwa yang dikotori dengan noda-noda kemaksiaatan dan keingkaran
            
Manusia dalam pandangan seoarang  Karl Marx, Manusia bergerak dan beraktivitas karena faktor ekonomi.  sekilas statment ini benar adanya. jika kita renungi kondisi disekeliling kita, ada karyawan, guru, dan penulis, artis, dosen  dan berbagai profesi yang lainnya. kita bisa ajukan sebuah pertanyaan yang sedikit “ menukik “. karena faktor apakah mereka beraktivitas??. yup! anda sendiri yang tahu. walaupun tidak semuanya mengejar materi tetapi kebanyakan manusia seperti itu. betul gak ? maaf jika salah ^_^
            
Berbeda halnya dengan pendapat Sigmund Freud, Dia mengatakan bahwa manusia bergerak dan beraktivatas karena orientasi  libido seks. ini sebuah teori yang  kita bisa lihat realitasnya di dalam kehidupan nyata. banyak tawuran, huru –hara atau kejadian yang lainnya karena faktor wanita. hal ini menunjukan bahwa faktor “sex “ menjadi penggerak utama di alam ini. Peristiwa pembunuhan pertama dialam ini, yang dilakukan Qobil terhadap habil karena faktor “ seX “.  Qobil ini memilih seorang wanita yang lebih cantik menurutnya. dia tidak mau mengikuti aturan sang bapak, Adam.
            
Teoari-teori semacam Karl Marx dan Sigmund Freud lah menjadikan kehidupan ini begitu gersang. teori-teoari semacam ini lah yang membuat jiwa manusia mati. pola fikir seperti itu yang  menjadikan manusia liar layaknya seekor binatang. Spiritualis jiwa dimatikan dalam teaori mereka. Yup ! tidak heran karena mereka orang sekuler.  apalah bedanya manusia dengan hewan jika orientasinya hanya untuk sex atau untuk memenuhi perut saja. yang jelas ketika manusia menganut paradigma berfikir  seperti ini, maka akan gersanglah jiwanya. menjadi hewan secara tidak disadari.

Konsep Manusia ala Rasulullah saw
            
Dalam hadits arbain imam an-nawawi mencantumkan sebuah hadist dari Rasulullah saw, “  Sesungguhnya amal itu tergantung motif ( niat )dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya. barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya itu menurut Allah dan Rasulnya. barang siapa yang hijrahnya karena dunia ( harta, tahta, perut ) yang ia harafkan. atau wanita yang ia ingin nikahi, maka hijrahnya itu menuju apa yang dia inginkan (Bukhori muslim ).
            
Faktor niat menjadi penentu amal kita diterima oleh Allah atau tidak. hal ini yang tidak ada dalam teori Karl Marx dan Sigmund Freud yang membuat jiwa menghilang dari alam Religiusitasnya. Manusia bergerak dan beraktivitas harus dilandaskan karena motif mencari keridhoan dari Allah, ketika seoarang muslim beraktivitas karena materi semata, atau karena faktor wanita semata, maka dia telah menjadi pengikut Karl Marx dan Sigmund Freud tanpa disadari. dan jelas teori mereka salah. karena jika kita melihat “ sepak terjang “ para sahabat Rasulullah dalam menaklukan negeri-negeri dan menyebarkan Islam, jelas faktor bergerak dan infansi mereka karena Mengharap ridho Allah semata. Faktor karena Allahlah yang membuat mereka menjadi manusia-mansia yang berkulitas tinggi. Raja Romawi berkata,” manusia-manusia inilah ( para sahabat Rasulullah ) yang kan menjadi penguasa  dunia dan penakluk negri romawi “. ternyata benar. kerajaan persia dan romawi tunduk kepada pasukan Islam. Paradigama berfikir yang unik dari tentara Islam ketika berperang, mereka menjadikan mati sebagai tujuan. berbeda dengan tentara-tentara non Islam meraka menjadikan hidup sebagai tujuan. Tentara islam yakin kematian yang didapati dalam peperangan adalah tiket untuk masuk surga. Paradima berfikir inilah yang menjadikan jiwa dan jasadnya menjadi kuat, Full Inspirasi dan begitu TOTALITAS dalam mengeksekusi segala Tugas suci.. ( wow kereeen abiz !) . Paradigma berfikir inilah yang ditakuti oleh negara-negara adidaya jika bertempur dengan Islam.

Jiwa adalah driver bagi manusia
           
Tindak tanduk manusia  pada hakikatnya disetir oleh jiwanya. ketika seorang manusia senantiasa mensucikan jiwanya, maka dia akan menjadi manusia yang beruntung. dan jika seoarang manusia sering mengotori jiwanya maka kerugiaan yang akan menimpanya. jiwa yang kotor adalah jiwa yang dialamnya penuh dengan penyakit dengki, ria, iri, berburung sangka, dan penyakit-penyakit hati yang lainya. karena sebab ini, manusia ini dicap menjadi manusia yang rugi dalam hidupnya.
“ sungguh beruntung orang yang senantiasa mensucikan dirinya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya “. ( As-syams” : 9-10)
            
Mari kita mencoba menyingkap sejarah, sejarah dari para sahabat Rasulullah, ketika mereka belum masuk Islam, ahklak mereka begitu bejat, sala satu contohnya Umar bin khotob yang mengubur hidup anak perempuanya. tetapi ketika beliau menjadi muslim, sungguh beliau berubah 100 %. beliau begitu penuh kasih, sekaligus menjadi lebih berani. bahkan beliau menjadi sala satu “ agent of change “ yang membawa laskar Islam menaklukan negara-negara adidaya masa itu. kenapa bisa seperti itu kawan?. yup ! ini karena jiwa, jiwa yang penuh dengan keimanan akan melahirkan paradigma berfikir yang luar biasa.  paradigma berpikirlah yang membuat pasukan Islam berada dalam puncak kejayaan. pola pikir ini dihasilkan dari jiwa yang selalu dekat kepada Allah, Allah dan Rasulnya dijadikan yang pertama dan utama. Mudah-mudahan kita bisa seperti itu kawan ^_^ . Aamiin.
“ sesungguhnya dalam diri manusia itu ada segumpal daging (mudghoh = hati ), jika dia bersih maka bersihlah segala tindak tanduknya. dan jika Dia ( hati ) busuk maka akan busuklah semua tindak tanduknya “ (HR. Bukhar)

Thabaqot An-nafs __ Tingkatan-Tngkatan Jiwa _
Pertama, nafs al-ammarah bi al-su’, atau nafsu yang mendorong kepada kejahatan. jiwa inilah jiwa yang paling rendah dan busuk, jiwa ini dipenuhi dengan sifat-sifat busuk : ingin dipuja dan dipuji manusia (Ria ), takabur, rakus, tamak, bakhil dsb.  untuk membersihkan jiwa ini harus dengan Istiqomah menghabisi segala  sifat-sifat busuk diatas..  Kedua, nafs al-lawwamah.  jiwa ini adalah jiwa yang masuk pada tahap “ kesadaran “, sadar untuk memperbaiki jiwanya dengan menghilangkan sifat-sifat busuknya. jika sesorang dengan Istiqomah memperbaiki jiwanya. maka jiwanya akan menaiki tingkat jiwa selanjutnya. Tingkat ketiga adalah Nafs al-Mulhamah ( Jiwa yang senantiasa terilhami ). jiwa ini adalah jiwa yang memilki visi misi hidup dan kehidupan yang tinggi. jika jiwa ini melakukan kekhilapan, maka jiwa ini akan dengan cepat memperbaiki amal dan niatnya kembali.semua aktivitasnya diarahkan hanya untuk mencari keridhoannya.
Keempat, Nafs al-mutma’innah. ( jiwa yang tenang). jiwa ini jiwa yang dipenuhi cahaya keimanan.  jiwa yang menjadikan kenikmatan akhirat sebagai tujuan utamanya. dia menomor duakan kenikmatan materi.Kelima, Nafs al-Radhiyah atau jiwa yang ridha. jiwa yang penuh keikhlasan. jiwa yang sangat membutuhkan Allah. selalu ingin dekat denganNYA sudah menjadi hal utama dalam hidupnya. Allah dijadikan tujuan hidup ( Allahu Ghoyatuna ).Keenam, Nafs al-Mardhiyyah, adalah jiwa yang berbahagia.  jiwa yang menghadapi hidup penuh denga rasa syukur, menjalani hidup dengan penuh ketenangan  tidak ada keluhan, tidak ada kedongkolan, penyesalan  ataupun kemarahan.  Ketujuh, Nafs al-Safiyah adalah jiwa yang tulus murni. pada tingkatan tertinggi ini “ The hight Cuality Soul  “, seseorang dapat disifati sebagai Insan Kamil atau manusia sempurna.  jiwa yang menjadikan Kehendak Allah adalah kehendaknya.  Jiwa yang sudah melekat erat dengan Allah.  prilakunya keluar dari nurani yang paling dalam dan begitu tenang dan membawa ketenangan bagi yang lainnya.
Mudah-mudahan kita diberi taufiq dan hidayah agar bisa menjadikan jiwa kita berada pada puncak ma’rifat kepada-NYA. jiwa yang senantiasa mencicipi kenikmatan iman setiap saat. Jiwa yang senafas dengan pesan-pesan sang Ilahi, Jiwa yang penuh keikhlasan, jiwa yang penuh dengan ethos kerja karena Allah semata. dan terakhir mendapatkan kekhusnul khotimahan diri diakhir hidup. Mati dalam keadaan benar-benar dalam keadaan puncak ketaqwaan kepada Allah swt. Aamiin !

0 komentar:

Posting Komentar