Jiwa dan Manusia....
Jiwa manusia bisa menjadi seperti malaikat yang penuh dengan sinar keta’atan, begitu menikmati hidup dalam ketundukan kepada sang pencipta. Setiap hembusan nafas dipenuhi dengan dzikir-dzikir yang secara perlahan-lahan menjadi musyahadah dan mukasafat. Tetapi jiwa manusia pun bisa menjadi seperti binatang buas, bahkan lebih buas daripada binatang. Paradigma berfikirlah menentukan apakah Jiwa ini, jiwa yang bersih suci atau jiwa yang dikotori dengan noda-noda kemaksiaatan dan keingkaran
Manusia dalam pandangan seoarang Karl Marx, Manusia bergerak dan beraktivitas
karena faktor ekonomi. sekilas statment
ini benar adanya. jika kita renungi kondisi disekeliling kita, ada karyawan,
guru, dan penulis, artis, dosen dan
berbagai profesi yang lainnya. kita bisa ajukan sebuah pertanyaan yang sedikit
“ menukik “. karena faktor apakah mereka beraktivitas??. yup! anda sendiri yang
tahu. walaupun tidak semuanya mengejar materi tetapi kebanyakan manusia seperti
itu. betul gak ? maaf jika salah ^_^
Berbeda halnya dengan
pendapat Sigmund Freud, Dia mengatakan bahwa manusia bergerak dan beraktivatas
karena orientasi libido seks. ini sebuah
teori yang kita bisa lihat realitasnya
di dalam kehidupan nyata. banyak tawuran, huru –hara atau kejadian yang lainnya
karena faktor wanita. hal ini menunjukan bahwa faktor “sex “ menjadi penggerak
utama di alam ini. Peristiwa pembunuhan pertama dialam ini, yang dilakukan
Qobil terhadap habil karena faktor “ seX “. Qobil ini memilih seorang wanita yang lebih
cantik menurutnya. dia tidak mau mengikuti aturan sang bapak, Adam.
Teoari-teori semacam Karl
Marx dan Sigmund Freud lah menjadikan kehidupan ini begitu gersang.
teori-teoari semacam ini lah yang membuat jiwa manusia mati. pola fikir seperti
itu yang menjadikan manusia liar
layaknya seekor binatang. Spiritualis jiwa dimatikan dalam teaori mereka. Yup !
tidak heran karena mereka orang sekuler. apalah bedanya manusia dengan hewan jika
orientasinya hanya untuk sex atau untuk memenuhi perut saja. yang jelas ketika
manusia menganut paradigma berfikir seperti ini, maka akan gersanglah jiwanya.
menjadi hewan secara tidak disadari.
Konsep Manusia ala Rasulullah
saw
Dalam hadits arbain imam an-nawawi
mencantumkan sebuah hadist dari Rasulullah saw, “ Sesungguhnya amal itu tergantung motif ( niat
)dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya. barang siapa
yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya itu menurut Allah dan
Rasulnya. barang siapa yang hijrahnya karena dunia ( harta, tahta, perut ) yang
ia harafkan. atau wanita yang ia ingin nikahi, maka hijrahnya itu menuju apa
yang dia inginkan (Bukhori muslim
).
Faktor niat menjadi penentu amal
kita diterima oleh Allah atau tidak. hal ini yang tidak ada dalam teori Karl Marx dan Sigmund Freud yang membuat
jiwa menghilang dari alam Religiusitasnya. Manusia bergerak dan beraktivitas
harus dilandaskan karena motif mencari keridhoan dari Allah, ketika seoarang
muslim beraktivitas karena materi semata, atau karena faktor wanita semata,
maka dia telah menjadi pengikut Karl Marx dan Sigmund Freud tanpa disadari. dan jelas teori mereka salah.
karena jika kita melihat “ sepak terjang “ para sahabat Rasulullah dalam
menaklukan negeri-negeri dan menyebarkan Islam, jelas faktor bergerak dan
infansi mereka karena Mengharap ridho Allah semata. Faktor karena Allahlah yang
membuat mereka menjadi manusia-mansia yang berkulitas tinggi. Raja Romawi
berkata,” manusia-manusia
inilah ( para sahabat Rasulullah ) yang kan menjadi penguasa dunia dan penakluk negri romawi “. ternyata benar. kerajaan persia dan
romawi tunduk kepada pasukan Islam. Paradigama berfikir yang unik dari tentara
Islam ketika berperang, mereka menjadikan mati sebagai tujuan. berbeda dengan
tentara-tentara non Islam meraka menjadikan hidup sebagai tujuan. Tentara islam
yakin kematian yang didapati dalam peperangan adalah tiket untuk masuk surga.
Paradima berfikir inilah yang menjadikan jiwa dan jasadnya menjadi kuat, Full
Inspirasi dan begitu TOTALITAS dalam mengeksekusi segala Tugas suci.. ( wow kereeen
abiz !) . Paradigma berfikir inilah yang ditakuti oleh negara-negara adidaya
jika bertempur dengan Islam.
Jiwa adalah driver bagi manusia
Tindak tanduk manusia pada hakikatnya disetir oleh jiwanya. ketika
seorang manusia senantiasa mensucikan jiwanya, maka dia akan menjadi manusia
yang beruntung. dan jika seoarang manusia sering mengotori jiwanya maka
kerugiaan yang akan menimpanya. jiwa yang kotor adalah jiwa yang dialamnya penuh
dengan penyakit dengki, ria, iri, berburung sangka, dan penyakit-penyakit hati
yang lainya. karena sebab ini, manusia ini dicap menjadi manusia yang rugi
dalam hidupnya.
“ sungguh beruntung orang yang senantiasa mensucikan
dirinya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya “. ( As-syams” : 9-10)
Mari kita mencoba
menyingkap sejarah, sejarah dari para sahabat Rasulullah, ketika mereka belum
masuk Islam, ahklak mereka begitu bejat, sala satu contohnya Umar bin khotob
yang mengubur hidup anak perempuanya. tetapi ketika beliau menjadi muslim,
sungguh beliau berubah 100 %. beliau begitu penuh kasih, sekaligus menjadi
lebih berani. bahkan beliau menjadi sala satu “ agent of change “ yang
membawa laskar Islam menaklukan negara-negara adidaya masa itu. kenapa bisa
seperti itu kawan?. yup ! ini karena jiwa, jiwa yang penuh dengan keimanan akan
melahirkan paradigma berfikir yang luar biasa.
paradigma berpikirlah yang membuat pasukan Islam berada dalam puncak
kejayaan. pola pikir ini dihasilkan dari jiwa yang selalu dekat kepada Allah,
Allah dan Rasulnya dijadikan yang pertama dan utama. Mudah-mudahan kita bisa
seperti itu kawan ^_^ . Aamiin.
“ sesungguhnya dalam diri manusia itu ada
segumpal daging (mudghoh = hati ), jika dia bersih maka bersihlah segala tindak
tanduknya. dan jika Dia ( hati ) busuk maka akan busuklah semua tindak
tanduknya “ (HR. Bukhar)
Thabaqot An-nafs __ Tingkatan-Tngkatan Jiwa _
Pertama, nafs al-ammarah bi al-su’,
atau nafsu yang mendorong kepada kejahatan. jiwa
inilah jiwa yang paling rendah dan busuk, jiwa ini dipenuhi dengan sifat-sifat
busuk : ingin dipuja dan dipuji manusia (Ria ), takabur, rakus, tamak, bakhil
dsb. untuk membersihkan jiwa ini harus
dengan Istiqomah menghabisi segala
sifat-sifat busuk diatas.. Kedua, nafs
al-lawwamah. jiwa ini adalah jiwa yang masuk pada
tahap “ kesadaran “, sadar untuk memperbaiki jiwanya dengan menghilangkan
sifat-sifat busuknya. jika sesorang dengan Istiqomah memperbaiki jiwanya. maka
jiwanya akan menaiki tingkat jiwa selanjutnya. Tingkat ketiga adalah Nafs al-Mulhamah ( Jiwa yang senantiasa terilhami ). jiwa ini
adalah jiwa yang memilki visi misi hidup dan kehidupan yang tinggi. jika jiwa
ini melakukan kekhilapan, maka jiwa ini akan dengan cepat memperbaiki amal dan
niatnya kembali.semua aktivitasnya diarahkan hanya untuk mencari keridhoannya.
Keempat, Nafs al-mutma’innah. ( jiwa yang tenang). jiwa ini jiwa yang
dipenuhi cahaya keimanan. jiwa yang menjadikan
kenikmatan akhirat sebagai tujuan utamanya. dia menomor duakan kenikmatan
materi.Kelima, Nafs al-Radhiyah atau jiwa yang ridha. jiwa yang penuh
keikhlasan. jiwa yang sangat membutuhkan Allah. selalu ingin dekat denganNYA
sudah menjadi hal utama dalam hidupnya. Allah dijadikan tujuan hidup ( Allahu
Ghoyatuna ).Keenam,
Nafs al-Mardhiyyah, adalah jiwa yang berbahagia. jiwa yang menghadapi hidup penuh denga rasa
syukur, menjalani hidup dengan penuh ketenangan tidak ada keluhan, tidak ada kedongkolan,
penyesalan ataupun kemarahan. Ketujuh,
Nafs al-Safiyah adalah jiwa yang tulus murni. pada tingkatan tertinggi ini “
The hight Cuality Soul “, seseorang
dapat disifati sebagai Insan Kamil atau manusia sempurna. jiwa yang menjadikan Kehendak Allah adalah
kehendaknya. Jiwa yang sudah melekat
erat dengan Allah. prilakunya keluar
dari nurani yang paling dalam dan begitu tenang dan membawa ketenangan bagi
yang lainnya.
Mudah-mudahan
kita diberi taufiq dan hidayah agar bisa menjadikan jiwa kita berada pada
puncak ma’rifat kepada-NYA. jiwa yang senantiasa mencicipi kenikmatan iman
setiap saat. Jiwa yang senafas dengan pesan-pesan sang Ilahi, Jiwa yang penuh
keikhlasan, jiwa yang penuh dengan ethos kerja karena Allah semata. dan
terakhir mendapatkan kekhusnul khotimahan diri diakhir hidup. Mati dalam
keadaan benar-benar dalam keadaan puncak ketaqwaan kepada Allah swt. Aamiin !
0 komentar:
Posting Komentar