“
sesunggughnya Allah meninggikan derajat seseorang dengan Al-Qur’an dan
merendahkan seseorang yang lainnya denganya pula “ (
Hadits Riwayat Muslim )
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya
muslim. tetapi yang menarik adalah, kenapa indonesia
yang mayoritas muslim tenyata Juara ke 3
dalam bidang korupsi. yang mengantarkan masyarakatnya kedalam jurang
kesengsaraan, karena dana kemakmuran yang seharusnya untuk rakyat disedot abis
oleh para wakil rakyat. sungguh luar biasa !.
para
pemuda generasi bangsa lebih sibuk mengikuti kontes-kontes nyanyi atau
sebagainya. energi masa muda, kekuatan fikiran, kekuatan fisik hanya
tersalurkan untuk hal yang seperti itu. jika kita meneropong sejarah para
pemuda jaman perjuangan, mereka memaksimalkan masa muda mereka untuk berjuang,
mengabdi kepada Allah untuk membela negara. dan memupuk perjuangan bersama
dengan sebuah idealisme yang begitu tinggi yaitu menjadi negara yang merdeka.
Jiwa pemuda yang
Jauh dari Sentuhan Al-Qur’an
hal yang begitu indah untuk dirasakan adalah ketika ba’da
magrib anak-anak sibuk membaca Al-qur’an di Masjid. dan para orang tua pun
membaca Al-Qur’an di Rumah-rumah mereka sambil mengistirahatkan tubuh mereka.
tetapi sayang! hal ini tinggal kenangan kawan, yang dulu terdengar suara indah
dan lucu dari anak-anak mengaji sekarang diganti dengan obrolan-obrolan dan
candaan dijalan-jalan dan diwarung, dari Rumah-rumah penduduk yang tadinya
terdengar sura indah dendangan jiwa ketika membaca Al-Qur’an, kini digantikan
dengan suara-suara televisi yang menyuguhkan sinetron-sinetron yang Indonesia
banget, LEBAY ABIs !! yang bisanya hanya berteriak-teriak,
melotot-melotot dan nangis-nagis, tidak lebih dari itu.
kemunduran umat Islam karena mereka sudah mencampakan
Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya dijadikan sebagai hiasan di lemari. para pemuda dan
pemudi lebih asyik mengupdate STATUS lewat FB dari pada mengUPDATE KEIMANAN
lewat Tilawah Al-Qur’an dan Dzikir. ya ini adalah sebuah realitas. peta
pemikiran para generasi penerus bangsa secara tidak sadar sudah dicekoki dengan
konsep pemikiran barat yang Materialistik dan hedonisme. pokokek mumpung masih
muda kita senang-senang. muda poya-poya, Tua masuk surga. orientasi hidup hanya
untuk kesenangan jasmani, sibuk memoles penampilan tetapi lupa untuk memoles
keindahan jiwa.
Bukti Iman adalah
mencintai Al-Qur’an
Hal yang sederhana untuk mengukur kualitas keislaman dan
keiman kita adalah dengan seberapa dekat kita dengan Al-qur’an. seperti seorang yang mencintai sesuatu pasti
dia ingin mendapatkannya, dan selalu ingin bersamanya setiap saat dan setiap
waktu tuk menemani disetiap hela nafas. maka kita bisa menilai orang yang
mengaku cinta, tetapi tidak mau dekat-dekat atau bahkan acuh tak acuh dan tidak
perhatian kepadanya. maka cinta dia pasti DUSTA. cinta yang palsu. maka begitu
juga dengan kualiatas keislaman kita ukurannya adalah seberapa cinta dan
dekatnya dengan Al-Qur’an ..... yup sama-sama merenung dan membaca diri apakah
kita benar-benar Islam. atau kita hanya Islam KTP saja.
Utsman bin Affan berkata “ andai hati kita bersih,
niscaya tak ada kebosanan membaca Al-qur’an”. maka takala hati kita tak
bergairan untuk “bercumbu “ dengan Al-qur’an. dan ketika hati kita tidak
merindukannya dalam selang waktu yang lama, berarti ada “ sesuatu “ yang tidak
normal dalam hati kita. cinta yang normal adalah cinta yang menghasilakn keingginan
yang menggelora untuk bertemu dan berinteraksi denganya.
Perkataan menarik dari sang panglima perang Islam, Kholid
Bin Walid, “ Jihad telah menyibukan aku darimu”, kalaulah bukan
karena jihad, niscaya beliau selalu ingin bersanding dan “ bercumbu “ terus dengan
Al-Qur’an.
kta bisa meraba dan melihat diri kita, sejauh manakah
keimanan kita? sejauhmanakah keislaman kita kawan?. semua bisa terbeca di dunia
Tafakur dan muhasabah kita. sungguh beruntung manusia yang selalu menghisab (
mengintropeksi diri ) dengan kualitas imanya dan menyiapkan amal untuk
kehidupan yang abadai. sebagaimana petuh Umar Bin Khotob, “ hasibu Anfusakum
Qobla Antuhasabu “ _ Hisablah / hitung-hitunglah amal kalian sebelum kalian
dihisab. sungguh perkataan filosofis yang begitu luar biasa. ini adalah sebuah
perkataan yang barasal dari akal yang tajam dan hati yang dipenuhi dengan
keimanan.
Ketika Ibnu Qoyyim Berkomentar
Ibnu Qoyyim mengatakan, ada tiga tipe hati mansia,
pertama hati yang mati, wujudhu ka’adamihi ( adanya seperti tidak ada ).
hatinya ada tetapi adanya seperti tidak ada. hatinya tertutup ketika kebenaran
sisampaikan. ayat-ayat Al-Qur’an tidak mampu menembus “ alam ruh “nya, karena
hatinya sudah terkunci mati. hal ini seperti yang digambarkan dalam surat
Al-Baqoroh ayat 7.
“ Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka
telah tertutu, dan mereka akan mendapat adzab yang berat “
kedua, hati yang sakit ( Qolbu Marid ) hati yang sakit.
hati yang lalai dari peringatan Allah, tetapi
diwaktu yang lain dia begitu khusu’ membaca dan mengupgrade keimanannya
dengan Al-Qur’an. hati yang sakit ini harus diobati, dan obatnya adalah
mengistiqomahkan dalam keta’atan.
ketiga, hati yang hidup ( Qolbu hayun), hati ini, hati yang selalu hidup dalam
atmosfir ketuhan, segala amal dia niatkan karena Allah. hati ini, hati yang
sudah kecanduan dzikir, sholat malam dan menela’ah Al-Qur’an. terus menata hati
adalah kesenangannya. hati ini, adalah hati yang memancarkan cahaya ilahi, hati
yang selalu menebarkan kebaikan dan kebenaran. mudah-mudahan Allah menjadikan hati kita
seperti ini, Hati yang senantiasa hidup
0 komentar:
Posting Komentar