Jumat, 12 Oktober 2012

Ketika Al-Qur’an Di Campakan ......



“ sesunggughnya Allah meninggikan derajat seseorang dengan Al-Qur’an dan merendahkan seseorang yang lainnya denganya pula “ ( Hadits Riwayat Muslim )
           
            Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim.  tetapi  yang menarik adalah, kenapa indonesia yang  mayoritas muslim tenyata Juara ke 3 dalam bidang korupsi. yang mengantarkan masyarakatnya kedalam jurang kesengsaraan, karena dana kemakmuran yang seharusnya untuk rakyat disedot abis oleh para wakil rakyat. sungguh luar biasa !.
            para pemuda generasi bangsa lebih sibuk mengikuti kontes-kontes nyanyi atau sebagainya. energi masa muda, kekuatan fikiran, kekuatan fisik hanya tersalurkan untuk hal yang seperti itu. jika kita meneropong sejarah para pemuda jaman perjuangan, mereka memaksimalkan masa muda mereka untuk berjuang, mengabdi kepada Allah untuk membela negara. dan memupuk perjuangan bersama dengan sebuah idealisme yang begitu tinggi yaitu menjadi negara yang merdeka.

Jiwa pemuda yang Jauh dari Sentuhan Al-Qur’an
           
                 hal yang begitu indah untuk dirasakan adalah ketika ba’da magrib anak-anak sibuk membaca Al-qur’an di Masjid. dan para orang tua pun membaca Al-Qur’an di Rumah-rumah mereka sambil mengistirahatkan tubuh mereka. tetapi sayang! hal ini tinggal kenangan kawan, yang dulu terdengar suara indah dan lucu dari anak-anak mengaji sekarang diganti dengan obrolan-obrolan dan candaan dijalan-jalan dan diwarung, dari Rumah-rumah penduduk yang tadinya terdengar sura indah dendangan jiwa ketika membaca Al-Qur’an, kini digantikan dengan suara-suara televisi yang menyuguhkan sinetron-sinetron yang Indonesia banget, LEBAY ABIs !! yang bisanya hanya berteriak-teriak, melotot-melotot dan nangis-nagis, tidak lebih dari itu.
            
           kemunduran umat Islam karena mereka sudah mencampakan Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya dijadikan sebagai hiasan di lemari. para pemuda dan pemudi lebih asyik mengupdate STATUS lewat FB dari pada mengUPDATE KEIMANAN lewat Tilawah Al-Qur’an dan Dzikir. ya ini adalah sebuah realitas. peta pemikiran para generasi penerus bangsa secara tidak sadar sudah dicekoki dengan konsep pemikiran barat yang Materialistik dan hedonisme. pokokek mumpung masih muda kita senang-senang. muda poya-poya, Tua masuk surga. orientasi hidup hanya untuk kesenangan jasmani, sibuk memoles penampilan tetapi lupa untuk memoles keindahan jiwa.


Bukti Iman adalah mencintai Al-Qur’an
                       
            Hal yang sederhana untuk mengukur kualitas keislaman dan keiman kita adalah dengan seberapa dekat kita dengan Al-qur’an.  seperti seorang yang mencintai sesuatu pasti dia ingin mendapatkannya, dan selalu ingin bersamanya setiap saat dan setiap waktu tuk menemani disetiap hela nafas. maka kita bisa menilai orang yang mengaku cinta, tetapi tidak mau dekat-dekat atau bahkan acuh tak acuh dan tidak perhatian kepadanya. maka cinta dia pasti DUSTA. cinta yang palsu. maka begitu juga dengan kualiatas keislaman kita ukurannya adalah seberapa cinta dan dekatnya dengan Al-Qur’an ..... yup sama-sama merenung dan membaca diri apakah kita benar-benar Islam. atau kita hanya Islam KTP saja.
           
           Utsman bin Affan berkata “ andai hati kita bersih, niscaya tak ada kebosanan membaca Al-qur’an”. maka takala hati kita tak bergairan untuk “bercumbu “ dengan Al-qur’an. dan ketika hati kita tidak merindukannya dalam selang waktu yang lama, berarti ada “ sesuatu “ yang tidak normal dalam hati kita. cinta yang normal adalah cinta yang menghasilakn keingginan yang menggelora untuk bertemu dan berinteraksi denganya.
            
          Perkataan menarik dari sang panglima perang Islam, Kholid Bin Walid, “ Jihad telah menyibukan aku darimu”, kalaulah bukan karena jihad, niscaya beliau selalu ingin bersanding dan “ bercumbu “ terus dengan Al-Qur’an.
      
      kta bisa meraba dan melihat diri kita, sejauh manakah keimanan kita? sejauhmanakah keislaman kita kawan?. semua bisa terbeca di dunia Tafakur dan muhasabah kita. sungguh beruntung manusia yang selalu menghisab ( mengintropeksi diri ) dengan kualitas imanya dan menyiapkan amal untuk kehidupan yang abadai. sebagaimana petuh Umar Bin Khotob, “ hasibu Anfusakum Qobla Antuhasabu “ _ Hisablah / hitung-hitunglah amal kalian sebelum kalian dihisab. sungguh perkataan filosofis yang begitu luar biasa. ini adalah sebuah perkataan yang barasal dari akal yang tajam dan hati yang dipenuhi dengan keimanan.

Ketika Ibnu Qoyyim Berkomentar
          
        Ibnu Qoyyim mengatakan, ada tiga tipe hati mansia, pertama hati yang mati, wujudhu ka’adamihi ( adanya seperti tidak ada ). hatinya ada tetapi adanya seperti tidak ada. hatinya tertutup ketika kebenaran sisampaikan. ayat-ayat Al-Qur’an tidak mampu menembus “ alam ruh “nya, karena hatinya sudah terkunci mati. hal ini seperti yang digambarkan dalam surat Al-Baqoroh ayat 7.
            
        “ Allah telah mengunci mati hati  dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutu, dan mereka akan mendapat adzab yang berat “
            
kedua, hati yang sakit ( Qolbu Marid ) hati yang sakit. hati yang lalai dari peringatan Allah, tetapi  diwaktu yang lain dia begitu khusu’ membaca dan mengupgrade keimanannya dengan Al-Qur’an. hati yang sakit ini harus diobati, dan obatnya adalah mengistiqomahkan dalam keta’atan.
            
ketiga, hati yang hidup ( Qolbu hayun),  hati ini, hati yang selalu hidup dalam atmosfir ketuhan, segala amal dia niatkan karena Allah. hati ini, hati yang sudah kecanduan dzikir, sholat malam dan menela’ah Al-Qur’an. terus menata hati adalah kesenangannya. hati ini, adalah hati yang memancarkan cahaya ilahi, hati yang selalu menebarkan kebaikan dan kebenaran.  mudah-mudahan Allah menjadikan hati kita seperti ini, Hati yang senantiasa hidup

0 komentar:

Posting Komentar