Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila
memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim
no. 2008)
Dalam lafazh yang lain:
Dalam lafazh yang lain:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no. 2009)
Ada dua penafsiran di kalangan ulama mengenai makna ‘mengencangkan
sarung’:
1. Ini adalah kiasan dari memperbanyak ibadah, fokus untuk
menjalankannya, dan bersungguh-sungguh di dalamnya.
2. Ini adalah kiasan dari
menjauhi berhubungan dengan wanita. Ini adalah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan yang
dirajihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahumallah.
Makna ‘menghidupkan malam’ adalah mengisinya dengan ibadah dibandingkan tidur. Makna ‘membangunkan keluarga’ adalah mendorong dan memerintah keluarga untuk mengisi malam-malam itu dengan ibadah.
Makna ‘menghidupkan malam’ adalah mengisinya dengan ibadah dibandingkan tidur. Makna ‘membangunkan keluarga’ adalah mendorong dan memerintah keluarga untuk mengisi malam-malam itu dengan ibadah.
Apa
rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling
tidak ada dua sebab utama:
Sebab
pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan
penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada
penutupannnya atau akhirnya.
Sebab kedua,
karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul
qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan
Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt. “Sesungguhnya
Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemuliaan.” (QS.Al-Qodr : 1 )
Al
qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu
turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua,
lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di
sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
Di
kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun
pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan
Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus
pastinya.
Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari”
menyebutkan, “Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang kapan lailatul
qadar.”
0 komentar:
Posting Komentar