Senin, 29 April 2013

Menyelami Hakikat Cinta


                              
            Selama ribuan tahun perjalanan kehidupan manusia, cinta tidak bisa dipisahkan dari warna-warni kehidupan manusia. Cinta menjadi energi yang dahsyat yang hingga sampai saat ini begitu memikat manusia. Sesuatu yang kehadirannya mampu menumbuhkan bunga-bunga keindahan. Sesuatu yang kedatangannya menghamparkan perasaan sejuk dan damai.

            Cinta. Setiap kali kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan indah nan mulia. Telah banyak para pujangga dan orang-orang bijak berbicara tentang cinta, namun cinta bagaikan mata air yang tak pernah kering walau terus-menerus diambil airnya. Tidak sedikit orang yang berusaha memahami cinta, namun cinta bagaikan sebuah buku yang tidak pernah lekang dimakan waktu, tidak akan bosan orang yang membacanya. selalu ada energi baru ketika kita meresapi dan berselancar di dalamnya.  

            Cinta tidak akan selesai orang yang membicarakannya. Kalau kita membaca buku atau bertanya kepada sebagian orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda.

            Sungguh tak dibisa dibayangkan, apa jadinya dunia ini apabila tanpa warna cinta di dalamnya. Hati manusia menjadi keras dan kaku, jiwa manusia gersang, dan hubungan yang terjalin antar individu terasa hambar. Dunia pun pada akhirnya dapat kehilangan pesonanya. cinta memberi nilai rasa yang indah terhadap sesutu.
            Cinta adalah sesuatu yang teramat bermakna bagi kehidupan ini. laksana sihir, ia begitu memerangkap . Siapapun yang terjebak  di dalamnya akan menjumpai kehidupan yang luar biasa indahnya, dan secara bersamaan, lenyaplah darinya pandangan-pandangan keburukan atas segala sesuatu. Cinta adalah energi maha dahsat, laksana lampu raksasa, ia telah menerangi setiap lubuk hati manusia. Cinta adalah energi yang mampu mengubah orang lemah menjadi kuat, orang pelit menjadi deramawan dan orang keras menjadi lembut, Cinta menyinari keletihan, cinta juga membuat orang sabar dengan penderitaan.

Cinta Sumber perubahan

            Cinta adalah sumber perubahan ( Love is The source of Change ), Cinta membuat orang menjadi kreatif, karena cinta, lahirlah karya-karya sastra yang luar biasa, karena cinta lahirlah karya-karya ulama yang monumental sampai sekarang. semua itu karena rasa cinta. cinta yang teramat dalam akan ilmu.

            Cinta juga mengandung energi dahsat yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk memperoleh apa yang dicitainya. Seperti cintanya para ulama terhadap kebenaran. Mereka rela disksa danp enjara demi mempertahankan kebenaran.

            Cinta sendiri hanya mengenal kata memberi, bukan meminta. Kepada siapapun yang kita cintai, kita hanya berfikir bagaimana kita memberi kepadanya sesuatu. pemberian tanpa pamrih.menarik karna itulah, kebahagiaan itu datang, lalu singgah dan bersemayam didalam hati.

            pengorbanan dan perjuangan sahabat Rasulullah dalam menegakan dan menyebarkan islam ke seantero dunia merupakan bukti cinta yang “ kaaffah “ kepada Allah. Segala derita tidak terasa, karena derita itu menjadi sebuah kebahagiaan,  karena mereka sudah membuktikan kecintaan yang seutuhnya kepada Allah dengan cara berjuang bersugguh –sungguh dijalanya.
            Cinta tak ubahnya fondasi yang tertanam jauh di dalam tanah, sedangkan perbuatan kita ibarat bangunan yang nampak dari luar. seperti halnya fondasi, cinta itu tidak nampak diatas permukaan, tetapi memegang peranan yang signifikan atas segala hal yang terlihat dalam pandangan. tak ada bangunan yang berdiri tegak, tanpa pondasi yang kokoh di dalamnya. pun tidak ada sesuatu yang tumbuh subur pada batas maksimal, jika tidak dilandasi cinta.

            Apapun itu, apakah itu pekerjaan, karir, hubungan antar manusia atau apa saja. Pada titik puncaknya, cinta juga menjadi penyokong handirnya kebahagiaan dalam kehidupan kita. Seberapa banyak harta kekayaan yang kita telah peroleh, seberapa tingginya jabatan yang kita duduki, seberapa besarnya tingkat intelelektualitas kita. Tanpa cinta semua itu hanya akan menjadi nihil tanpa makna. Semua itu hambar tak berarti.

            Kita boleh memilki harta yang melimpah, memilki gedung pencakar langit, bahkan memilki pulau sekalipun. Namun jangan bermimpi bisa merasakan kenikmatan hidup apabila cinta tidak bersemayam dalam dirikita. Jabatan boleh setinggi langit, menjadi pemimpin perusahaan, pemimpin negara atau bahkan pemimpin dunia. Namun, tanpa cinta, semua itu justru hanya akan menjadi beban yang menumpuk  dan membosankan.

            Boleh memilki ilmu yang sangat dalam, menjadi inteteletual sejati. namun tanpa hadirnya cinta, dunia hanya akan terasa hambar terasa. Tidak sedikit para petinggi negara yang prustasi, tidak sedikit para konglomerat yang stres, tidak sedikit pula kaum inteteltual yang mengalami kehidupan yang tragis, dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama sekali tidak intelektual, semua itu terjadi lantaran tidak ada lagi sisa cinta yang melekat dalam dirinya.

Hakikat Cinta Sejati

            Bagi seorang muslim, cinta terbesar dan cinta hakiki ialah cinta kepada Allah. Bentuk cinta dapat kita wujudkan dalam berbagai rupa tanpa batas ruang dan waktu dan kepada siapa atau apa saja asalkan semuanya bersumber dari kecintaan kita kepada Allah dan karena ingin menggapai ridha-Nya.

            Kecintaan kepada Selain Allah, atau kecintaan yang bukan berlandasakan karena Allah, maka cinta itu akan hanyut dan hilang seiring perjalan waktu. karena cinta yang bukan karena Allah pasti tidak akan abadi.

            Cinta yang disandarkan kepada yang maha abadi,  maka cinta itupun akan abadi, tetapi cinta jika disandarakan kepada sesautu yang fana dan sementara, maka cintanya pun akan sementara dan fana.

            Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)

Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)

“ Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)

Muhasabah Cinta

            Sudah benarkan Cinta kita kepada Allah? apakah kita sudah mendahulukan kecintaan kita kepada allah dari kepada kecintaan kita kepada yang lainnya?. Cinta yang hakiki kepada Allah pasti akan terwujud dan tergambar dalam  perbuatan kita. Seperti perkataan yahya bin Muadz, “Tidak benar orang yang mengaku telah mencintai Allah, tapi ia tidak menjaga batas-batas hukum Allah”.

            Jika Cinta kita kepada Allah sudah “ kaffah “ maka pasti titah dan perintahnya lebih kita dahulukan daripada yang lainya.  frekuensi cinta bisa kita ukur. luangkanlah waktu disepertiga malam untuk bersujud dan berpasrah diri kepadanya. merenunglah dan cobalah raba dan muhasabahlah, sudahkah hidup dan kehidupan kita dipersembahkan untuk Allah.

            Rutinitas dan aktivitas kita setiap hari apakah betul sudah dipersembahkan hanya untuk  Allah semata. apakah kita merasa akan selamat dari siksanya dengan kecintaan kita yang ala kadarnya. kata Iman begitu mudah kita ucapakan. begitu mudah kata-kata itu terlontar dimimbar-mimbar keilmuan. tetapi apakah iman dan cinta kepada Allah itu sudah terjewantahkan dalam nafas dan langkah gerak kita?.

            Cinta harus lebih mengutamakan yang dicintai.(Muhammad bin Ali al-Kattani).

            Engkau durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati perintah orang yang dicngintainya.(Imam Asy-Syafii).

            Kenikmatan kita dalam beribadah, sholat, dzikir, membaca Al-Qur’an, Qiyamu Lail dan ibadah yang lainya, itu pertanda dari meningkatnya keimanan kita. segala perintah Allah dan Rasulnya begitu ringan dirasa, atau bahkan menjadi sebuah kebutuhan dan menjadi nutrisi bagi jiwa untuk menjalani roda kehidupan ini penuh dengan atmosfir cinta yang hakiki kepadanya.

            Khalid Muhammad Kalid berkata, “ Di taman cinta yang indah mempesona, ibadah itu berubah menjadi keindahan dalam kehidupan yang membawa kesenangan, keriangan, dan kebahagiaan. Di bawah keteduhan naungan cinta, perintah ibadah tidak lagi menjadi beban yang harus dipikul , tetapi ia adalah suatu yang patut diterima dengan senang dan gembira “.


                                                                                                Misbahuddin Al-Afghani
Guru SDIT Menara Kuwait
Pengajar KDNS pusdiklat Dewan Dakwah

0 komentar:

Posting Komentar