Selama
ribuan tahun perjalanan kehidupan manusia, cinta tidak bisa dipisahkan dari warna-warni
kehidupan manusia. Cinta menjadi energi yang dahsyat yang hingga sampai saat
ini begitu memikat manusia. Sesuatu yang kehadirannya mampu menumbuhkan
bunga-bunga keindahan. Sesuatu yang kedatangannya menghamparkan perasaan sejuk
dan damai.
Cinta.
Setiap kali kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan
indah nan mulia. Telah banyak para pujangga dan orang-orang bijak berbicara
tentang cinta, namun cinta bagaikan mata air yang tak pernah kering walau
terus-menerus diambil airnya. Tidak sedikit orang yang berusaha memahami cinta,
namun cinta bagaikan sebuah buku yang tidak pernah lekang dimakan waktu, tidak
akan bosan orang yang membacanya. selalu ada energi baru ketika kita meresapi
dan berselancar di dalamnya.
Cinta tidak
akan selesai orang yang membicarakannya. Kalau kita membaca buku atau bertanya
kepada sebagian orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan
jawaban yang berbeda.
Sungguh tak
dibisa dibayangkan, apa jadinya dunia ini apabila tanpa warna cinta di
dalamnya. Hati manusia menjadi keras dan kaku, jiwa manusia gersang, dan
hubungan yang terjalin antar individu terasa hambar. Dunia pun pada akhirnya
dapat kehilangan pesonanya. cinta memberi nilai rasa yang indah terhadap
sesutu.
Cinta adalah
sesuatu yang teramat bermakna bagi kehidupan ini. laksana sihir, ia begitu
memerangkap . Siapapun yang terjebak di
dalamnya akan menjumpai kehidupan yang luar biasa indahnya, dan secara
bersamaan, lenyaplah darinya pandangan-pandangan keburukan atas segala sesuatu.
Cinta adalah energi maha dahsat, laksana lampu raksasa, ia telah menerangi
setiap lubuk hati manusia. Cinta adalah energi yang mampu mengubah orang lemah
menjadi kuat, orang pelit menjadi deramawan dan orang keras menjadi lembut,
Cinta menyinari keletihan, cinta juga membuat orang sabar dengan penderitaan.
Cinta Sumber perubahan
Cinta adalah
sumber perubahan ( Love is The source of Change ), Cinta membuat orang
menjadi kreatif, karena cinta, lahirlah karya-karya sastra yang luar biasa,
karena cinta lahirlah karya-karya ulama yang monumental sampai sekarang. semua
itu karena rasa cinta. cinta yang teramat dalam akan ilmu.
Cinta juga
mengandung energi dahsat yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk
memperoleh apa yang dicitainya. Seperti cintanya para ulama terhadap kebenaran.
Mereka rela disksa danp enjara demi mempertahankan kebenaran.
Cinta
sendiri hanya mengenal kata memberi, bukan meminta. Kepada siapapun yang kita
cintai, kita hanya berfikir bagaimana kita memberi kepadanya sesuatu. pemberian
tanpa pamrih.menarik karna itulah, kebahagiaan itu datang, lalu singgah dan
bersemayam didalam hati.
pengorbanan
dan perjuangan sahabat Rasulullah dalam menegakan dan menyebarkan islam ke
seantero dunia merupakan bukti cinta yang “ kaaffah “ kepada Allah. Segala
derita tidak terasa, karena derita itu menjadi sebuah kebahagiaan, karena mereka sudah membuktikan kecintaan yang
seutuhnya kepada Allah dengan cara berjuang bersugguh –sungguh dijalanya.
Cinta tak
ubahnya fondasi yang tertanam jauh di dalam tanah, sedangkan perbuatan kita
ibarat bangunan yang nampak dari luar. seperti halnya fondasi, cinta itu tidak
nampak diatas permukaan, tetapi memegang peranan yang signifikan atas segala
hal yang terlihat dalam pandangan. tak ada bangunan yang berdiri tegak, tanpa
pondasi yang kokoh di dalamnya. pun tidak ada sesuatu yang tumbuh subur pada
batas maksimal, jika tidak dilandasi cinta.
Apapun itu,
apakah itu pekerjaan, karir, hubungan antar manusia atau apa saja. Pada titik
puncaknya, cinta juga menjadi penyokong handirnya kebahagiaan dalam kehidupan
kita. Seberapa banyak harta kekayaan yang kita telah peroleh, seberapa tingginya
jabatan yang kita duduki, seberapa besarnya tingkat intelelektualitas kita.
Tanpa cinta semua itu hanya akan menjadi nihil tanpa makna. Semua itu hambar
tak berarti.
Kita boleh
memilki harta yang melimpah, memilki gedung pencakar langit, bahkan memilki
pulau sekalipun. Namun jangan bermimpi bisa merasakan kenikmatan hidup apabila
cinta tidak bersemayam dalam dirikita. Jabatan boleh setinggi langit, menjadi
pemimpin perusahaan, pemimpin negara atau bahkan pemimpin dunia. Namun, tanpa
cinta, semua itu justru hanya akan menjadi beban yang menumpuk dan membosankan.
Boleh
memilki ilmu yang sangat dalam, menjadi inteteletual sejati. namun tanpa
hadirnya cinta, dunia hanya akan terasa hambar terasa. Tidak sedikit para
petinggi negara yang prustasi, tidak sedikit para konglomerat yang stres, tidak
sedikit pula kaum inteteltual yang mengalami kehidupan yang tragis, dan
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama sekali tidak
intelektual, semua itu terjadi lantaran tidak ada lagi sisa cinta yang melekat
dalam dirinya.
Hakikat Cinta Sejati
Bagi seorang
muslim, cinta terbesar dan cinta hakiki ialah cinta kepada Allah. Bentuk cinta
dapat kita wujudkan dalam berbagai rupa tanpa batas ruang dan waktu dan kepada
siapa atau apa saja asalkan semuanya bersumber dari kecintaan kita kepada Allah
dan karena ingin menggapai ridha-Nya.
Kecintaan
kepada Selain Allah, atau kecintaan yang bukan berlandasakan karena Allah, maka
cinta itu akan hanyut dan hilang seiring perjalan waktu. karena cinta yang
bukan karena Allah pasti tidak akan abadi.
Cinta yang
disandarkan kepada yang maha abadi, maka
cinta itupun akan abadi, tetapi cinta jika disandarakan kepada sesautu yang
fana dan sementara, maka cintanya pun akan sementara dan fana.
Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah:
165)
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah
Muhammad saw.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)
“ Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)
“ Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)
Muhasabah Cinta
Sudah
benarkan Cinta kita kepada Allah? apakah kita sudah mendahulukan kecintaan kita
kepada allah dari kepada kecintaan kita kepada yang lainnya?. Cinta yang hakiki
kepada Allah pasti akan terwujud dan tergambar dalam perbuatan kita. Seperti perkataan yahya bin
Muadz, “Tidak benar orang yang mengaku telah mencintai Allah, tapi ia tidak
menjaga batas-batas hukum Allah”.
Jika Cinta
kita kepada Allah sudah “ kaffah “ maka pasti titah dan perintahnya lebih kita
dahulukan daripada yang lainya.
frekuensi cinta bisa kita ukur. luangkanlah waktu disepertiga malam
untuk bersujud dan berpasrah diri kepadanya. merenunglah dan cobalah raba dan
muhasabahlah, sudahkah hidup dan kehidupan kita dipersembahkan untuk Allah.
Rutinitas
dan aktivitas kita setiap hari apakah betul sudah dipersembahkan hanya untuk Allah semata. apakah kita merasa akan selamat
dari siksanya dengan kecintaan kita yang ala kadarnya. kata Iman begitu mudah
kita ucapakan. begitu mudah kata-kata itu terlontar dimimbar-mimbar keilmuan.
tetapi apakah iman dan cinta kepada Allah itu sudah terjewantahkan dalam nafas
dan langkah gerak kita?.
Cinta harus
lebih mengutamakan yang dicintai.(Muhammad bin Ali al-Kattani).
Engkau
durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu
kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua
perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati
perintah orang yang dicngintainya.(Imam Asy-Syafii).
Kenikmatan
kita dalam beribadah, sholat, dzikir, membaca Al-Qur’an, Qiyamu Lail dan ibadah
yang lainya, itu pertanda dari meningkatnya keimanan kita. segala perintah
Allah dan Rasulnya begitu ringan dirasa, atau bahkan menjadi sebuah kebutuhan
dan menjadi nutrisi bagi jiwa untuk menjalani roda kehidupan ini penuh dengan
atmosfir cinta yang hakiki kepadanya.
Khalid
Muhammad Kalid berkata, “ Di taman cinta yang indah mempesona, ibadah itu
berubah menjadi keindahan dalam kehidupan yang membawa kesenangan, keriangan,
dan kebahagiaan. Di bawah keteduhan naungan cinta, perintah ibadah tidak lagi
menjadi beban yang harus dipikul , tetapi ia adalah suatu yang patut diterima
dengan senang dan gembira “.
Misbahuddin
Al-Afghani
Guru SDIT Menara Kuwait
Pengajar KDNS pusdiklat Dewan Dakwah
0 komentar:
Posting Komentar